Senin, 31 Desember 2012

Unplanned Vacation IV

Rencana awal hari Minggu pengen jalan-jalan ke CFD gagal sudah, berhubung kami berdua telat bangunnya. Sekitar pukul 8 pagi Stuart menelepon minta maaf karena tidak bisa menemani ke CFD pagi ini karena disuruh mamanya sementara aku sendiri menerima telepon masih dalam keadaan setengah tidur.

Pukul 9 pagi aku baru bangun, mandi dan kemudian nyari sarapan, sementara Stuart baru datang pukul 10. Pagi ini Stuart mengajakku ke Dago Pakar dan sekalian check out dari penginapan. Kalau aku bilang sih Dago Pakar itu mirip-mirip dengan Tawang Mangu kalau di Solo. Bedanya Tawang Mangu lebih dingin, lebih crowded, dan nggak ada peninggalan gua Belanda nya.

Dago Pakar juga relatif lebih rapi dibanding Tawang Mangu sehingga nyaman kalau dijadikan tempat nongkrong. Perhaps this is my kind of place for relax yak, jadi aku lebih menikmati suasananya, ngeliatin pohon-pohon segedhe gaban yang udah berumur ratusan tahun, blusukan masuk gua yang gelap nggak keliatan apa-apa di dalamnya. Rencananya sih mau ke curugnya tapi ndak jadi karena kejauhan.

Sepulang dari Dago Pakar mampir ke toko oleh-oleh. Nggak banyak oleh-olehbyang aku beli karena si mami pesen nggak usah beli banyak oleh-oleh (ndak tau kenapa klo anak-anaknya pergi jauh si mami justru ndak suka nitip oleh-oleh, padahal klo orang lain yang pergi suka nitip macem-macem).

Sore harinya akhirnya berkesempatan untuk main ke rumahnya Stuart. Daaan... Ketemu bapak dan ibunya Stuart. Kesan pertama ketemu bapaknya Stuart itu sangar, galak type-type orang tua jaman dulu lah, beliau adik bapak sekitar umur 60-70an.

Tapi kesan itu langsung lenyap begitu kami mulai ngobrol. Ternyata Stuart cerita banyak tentang aku kepada orang tuanya, dari mulai kami kenalan, tempat aku tinggal, pekerjaan, dll, dll. Dan si bapak ternyata punya banyak pengalaman di Jawa termasuk kota Solo dan sekitarnya.

Ibunya Stuart juga tak kalah ramah, ramah banget malah jadi bikin kikuk saking ndak biasa diperlakukan seperti itu. Kami ngobrol banyak banyak hal. Ibunya Stuart ternyata suka masak dan sempat tanya resep nugget jamur. Well... Aku memang pernah beberapa mengirimi Stuart makanan buatanku sendiri, salah satunya nugget jamur dan rupanya beliau suka.

Satu hal lagi yang tidak aku duga, beliau berdua berkenan untuk mengantar aku, alhasil sore itu kami berempat ke stasiun. Sempat mampir untuk makan di rumah makan favorit keluarga Stuart. Untungnya bukan makanan pedes, cocok dengan perut Jawa ku yang kurang akrab dengan makanan-makanan pedes.

Setelah makan kami sholat maghrib baru kemudian ke stasiun. Tiket untung pulang sudah aku beli sekalian dengan tiket berangkat jadi tidak perlu antri lagi beli tiket selama di Bandung. Sengaja juga ambil kereta malam biar bisa istirahat selama perjalanan.

Pas di parkiran stasiun.

"Stu, ambilin kardus di bagasi nak." Kata mamanya Stuart.

"Mas Fin ini ada sedikit oleh-oleh buat mamanya mas Fin." Kata mamanya Stuart menambahkan

Aku melongo.

"Makasih bu, merepotkan." Kataku dengan tidak enak hati.

Aku baru tahu kalau disini pengantar bisa ikutan masuk ke dalam peron tidak seperti di stasiun Balapan (padahal stasiun besar lho). Stuart dan orang tuanya mengantar aku untuk mencari keretaku, bahkan sampai masuk gerbong dan menemukan tempat dudukku. Kurang ajarnya tuh kereta parkirnya jauh bener dan gerbongku nangkring di depan nun jauh dari pintu masuk stasiun :-|

Pukul tujuh malam keretaku berangkat menuju Solo. Kali ini aku duduk di sambil cowok unyu, yang sayangnya nggak sempat kenalan ngobrol banyak karena dia langsung tidur pewe sambil meluk boneka yang dia bawa sementara aku sendiri juga tidur karena kecapean.

------

NOTE:
Based on my journey to Bandung, last October 2011.
Untuk S teman terbaik yang aku miliki :")

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger