Kamis, 27 Desember 2012

Family Man

Bergegas aku melangkahkan kaki ke depan panggung; menuju seorang pria gagah yang tengah asyik memperhatikan petunjukan diatas panggung.

"Maaf mas; aku terlambat. Udah lama?" Kataku dengan sedikit terengah.

"Belom koq Fin." Kata mas Al sambil menyerahkan botol air mineral kepadaku.

"Gimana kabar ibu?" Tanya mas Al.

"Alhamdulillah baik mas. Dapat salam dari ibu." Kataku sebelum meminum air mineral yant disodorkan mas Al.

"Hallo Stuart.... Kataku pada seorang anak berusia 8 tahun yang duduk diatas kursi roda di depan mas Al. Stuart yang tengah asyik memperhatikan pertunjukan di panggung hanya melihatku sekilas kemudian kembali asyik memperhatikan pertunjukan di atas panggung. Saat ini kami tengah berada depan panggung hiburan di area CFD

Perkenalanku dengan mas Al dan Stuart berawal dari 2 tahun lalu ketika aku tengah mengerjakan tugas akhirku. Aku tengah PKL di sekolah untuk anak berkebutuhan khusus dan Stuart salah satu siswa di sana. Stuart adalah subyek dari penelitianku.

Mas Al adalah seorang duda yang hanya tinggal sendiri dengan Stuart, mamanya Stuart pergi meninggalkan mas Al dan Stuart ketiks Stuart masih bayi karena tidak bisa menerima keadaan Stuart. Selain cacat fisik Stuart juga seorang anak autisme. Sejak saat itu lah mas Al hidup menduda sampai sekarang.

Kerena Stuart subyek penelitianku maka aku sering berinteraksi dengan mereka, bukan hanya di sekolah saja, tapi aku juga meminta ijin untuk sering bermain ke rumah mas Al untuk membangun komunikasi dan melakukan pengamatan terhadap keseharian Stuart. Tidak mudah untuk membangun komunikasi dengan Stuart, tapi dengan kesabaran dan berjalannya waktu akhirnya kita bisa berkomunikasi dengan baik. Bahkan mas Al dan Stuart ikut hadir ketika aku di wisuda 8 bulan kemudian.

Aku masih bekerja di sekolah tersebut selepas wisuda dan aku masih sering main ke rumah mas Al. Kami semakin dekat, bukan hanya sekedar kedekatan antara terapis dan pasien tapi sudah seperti keluarga sendiri. Ngobrol, curhat dan banyak hal lainnya.

Setahun lalu, malam hari ketika Stuart sudah tidur dan kami berdua tengah ngobrol di teras. Mas Al memintaku untuk menjadi pacarnya. Well... Not that kind of romantic proposal like in the movie. But I said yes. Simply because I love him :)

Selama setahun kami pacaran, kami lebih sering menghabiskan wakru bertiga, mas Al juga bukan tipe cowok romantis yang sering mengirim sms mesra atau apalah. But that's what I like from him, ketegasannya dan juga kecuekannya (well.. kadang nyebelin juga sik)

Walaupun kami jarang berduaan,tapi ada juga saat-saat hanya kami  berdua. Walaupun tidak sering tapi ada cara agar kami bisa berduaan. Dan... Banyak hal yang bisa kami lakukan berdua, baik itu di kamar kost ku ataupun di rumah mas Al :">

Acara selesai sekitar pukul 08:30 pagi, kami pun kemudian menuju rumah makan langganan kami. Hari ini memang sengaja main keluar selain untuk refreshing sekaligus mengajarkan Stuart untuk bersosialisasi dengan orang lain.

Kami pun duduk di meja pojokan yang agak sepi. Sambil menunggu pesanan kami datang aku lihat Stuart menarik-narik lengan baju mas Al. Setelah berdehem sejenak, mas Al pun kemudian berkata

"Fin... Semalam mas ngobrol sama Stuart."

"Oh ya? Ngobrol tentang apa mas?" Kataku sambil mempermainkan jari Stuart.

"Ngobrol tentang hubungan kita."

Tanganku terhenti, aku memandang wajah mas Al.

"Sebenarnya Stuart sudah tahu tentang hubungan kita, dia merasa ada yang istimewa dengan hubungan kita. Dan semalam kami ngobrol banyak." Kata mas Al menatap mataku dengan tajam.

"Fin..  Yang Stuart butuhkan adalah seorang yang mengerti dan memahami dia. Seseorang yang bisa menemani dan mengarahkan dia."

Terdiam sejenak

"Sementara aku... Yang aku butuhkan adalah seseorang yang bisa dan mau berjalan bersamaku, disampingku. Dan itu semua kami temukan pada dirimu."

Mas Al meraih tanganku dan kemudian berkata.

"Fin maukah kamu menjalani kehidupan dengan kami berdua? Sebagai sebuah keluarga?"

Aku terdiam, sepasang tangan kecil turut menggenggam tanganku.

"Mas... Aku sudah merasa menjadi bagian dari keluarga ini sejak pertama kali kita bertemu.

NOTE:
Yang saya tahu seorang anak autis memiliki pandangan sendiri/ berbeda dibandingkan orang pada umumnya. But I'm not quite sure with homoexuality.
Cerita ini terinspirasi oleh kehidupan salah satu teman saya :)

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger