Selasa, 04 Desember 2012

Menunggu (Part II)

"Stuart, sekarang baru aku merasa kehilangan dirimu. Setiap hari ingin mendengar suaramu, ingin bertemu denganmu. Aku membutuhkan dirimu."

Kulihat wajah Allison yang tampak sayu. Seminggu berlalu sejak percakapan terakhir kami dan belum pernah sekalipun kami ngobrol lagi lagi, sampai saat ini.

"Kalau kamu pengen ngobrol kenapa kau tidak telepon aku? Seminggu ini aku memang disibukkan dengan kerjaan yang menunpuk. Tapi bukan berarti aku tidak punya waktu untuk ngobrol ataupun bertemu dengan seorang teman." Kataku sambil tersenyum menatap Al.

"Apakah kau membenci aku?" Kau bertanya dengan murung.

"Kenapa kau berpikiran seperti itu? Tentu saja aku tidak membencimu. Kenapa aku harus membencimu?"

"Karena kau sudah tidak pernah menghubungi aku lagi..."

Hufth... Ku hembuskan napas perlahan sebelum berkata.

"Aku tidak membencimu. Tapi aku akui kalau aku menjaga jarak denganmu. Mengurangi frekuensi memulai interaksi denganmu. Itu aku lakukan untuk menata hati dan perasaanku."

Setelah terdiam sejenak aku menambahkan.

"Tapi bukan berarti aku memutus tali silaturahmi diantara kita. Kalau kamu SMS akan aku balas, kalau kamu telepon pasti aku angkat. Dan kalau kamu ngajak ketemuan pas waktu longgar aku dengan senang hati bertemu lagi denganmu. It's always fun to have a conversation with you."

Terdian sejenak, kemudian dengan suara lirih Allison berkata

"Aku pikir... Aku telah jatuh cinta kepadamu..."


"Apa? Maaf aku nggak denger." Kataku sambil mendekatkan telinga.

"Aku bilang, Aku pikir aku telah jatuh cinta kepadamu." Katamu dengan suara lebih keras dan wajah memerah.

"Kamu yakiin???" Tanyaku

"Uh... Kenapa kau tanya seperti itu? Tidakkah kamu suka?"

"Well yeah... I'm flatered. Tapi..."

"Tapi kenapa?" tanyamu dengan tergesa-gesa  

"Let me ask you something? Apakah kamu yakin?  

"Uhmm... Entahlah... Haruskah kau tanyakan itu?"

"Hufth... Al... Aku senang jadi teman kamu, tapi bukan pacar kamu."

"Jadi kamu tidak menerima pernyataan cintaku?"

"Al... Bagaimana mungkin aku menerima pernyataan cinta dari seseorang yang dia sendiri tidak yakin akan dirinya?"

"Lalu, bagaimana dengan perasaanmu kepadaku? Bukankah dulu kau bilang kau suka padaku?"

"Hati manusia itu turun naik, tinggal bagaimana kita me manage nya. Itulah sebabnya kenapa seminggu ini menghindari dirimu, untuk mengatur hatiku."

"Apakah... Kau sudah ada yang lain?" Tanyamu

"Hahaha... The answer is no. It's not that easy for me to switch my affection to someone else."

"Kita masih berteman Al, kita masih bisa ngobrol, ketemuan, dan juga jalan bareng. But this time without romance, without jealousy, without heartbreak."

Aku menambahkan sambil menatap wajah Al yang tertunduk dalam.

Nothing compares
No worries or cares
Regrets and mistakes
They are memories made.
Who would have known how bittersweet this would taste?

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger