Selasa, 25 Desember 2012

Bed Talks


"That was wicked!!!" Kata Stuart sekeluar dari kamar mandi.

Aku dan Stuart belum lama berkenalan tapi sudah seperti teman lama; beberapa kali kami jalan bareng; namun baru kali ini Stuart menginap di kostku karena sudah kemalaman tidak ada lagi kereta ataupun bus menuju kota tempat tinggalnya.

Sore tadi kami nonton bareng dilanjutkan makan malam dan jalan-jalan menikmati kotaku di waktu malam.

Yang Stuart komentari adalah film yang tadi kami tonton. Yah.. Memang filmnya keren banget; baik cerita maupun visualisasinya; tapi jujur perharianku terbelah dan aku lebih menikmati kebersamaan kami.

Stuart kemudian melemparkan tubuhnya di kasur di sampingku. Kami pun kemudian ngobrol tentang film yang tadi sore kami tonton. Aku tersenyum melihat Stuart yang ngomong dengan antusias. Kulihat tubuhnya yang hanya memakai kaos dalam warna putih dan celana pendek; baru pertama kali ini aku sedekat ini dengan Stuart. Tercium aroma tubuhnya yang habis mandi. Sabun yang sama yang aku pakai setiap harinya; tapi kenapa aromanya berbeda ketika dia yang pakai yak?

"Allison; kamu dengerin aku nggak?" Tanya Stuart tiba-tiba

"Eh... denger koq; iya aku denger. Aku suka pas adegan di laut tadi; egek 3D nya bener-bener kerasa." Kataku menjawab pertanyaan kamu.

I'm listening to you Stu; but my mind is in you and your voice not what's in your words.

Kami ngobrol sambil rebahan di kasur. Entah berapa lama kami ngobrol.

"Thanks yak; that was fun." Kata Stuart sambil tersenyum

Aku tersenyum mengangguk sambil mencoba menghindari tatapan matanya. Aku takut dia bisa membaca apa yang ada di mataku.

Tiba-tiba Stuart memegang tanganku. Aku terkejut dan berusaha untuk menarik tanganku; tapi tanganmu terlalu kuat mengenggam tanganku.

"Stu..." kataku tertahan

"Kenapa?" Jawab Stuart.

"Aku takut..."

"Takut kenapa? Takut aku perkosa?" Katanya dengan nada bercanda.

"Aku takut jatuh cinta sama kamu..." kataku

Untuk sesaat Stuart terdiam; sambil membelai tanganku dengan jari-jarinya.

"What if I want you to?" Kata Stuart kemudian.

"Want me for what Stu?" Tanyaku.

Stuart tidak menjawab; hanya memandangku dalam.

"Kita punya prinsip sendiri-sendiri Stu dan kita saling menghormati prinsip kita tersebut." Kataku kemudian.

"But I want you Al.. "

Aku tatap mata Stuart; kulihat ada api di sana. Ah... apakah api yang sama dengan api yang ada padaku?

Aku menghela napas perlahan; dan kemudian melanjutkan.

"I want you to Stu..." kataku perlahan

Dan ketika aku melihat wajah Stuart yang berseri-seri kemudian cepat-cepat aku menambahkan;

"BUT... I want to make sure of myself. I want to know what do you want me for. And it would take time."

Kembali aku tersenyum; menatap wajah Stuart sambil meremas tangannya.

"Dan kalau saat itu tiba; aku rela untuk mengorbankan prinsip yang selama ini aku pegang." Kataku menambahkan.

Stuart mengambil napas dalam-dalam; pandangannya melunak."

"Very well then.. I guess we'll should go to sleep then" katanya sambil tersenyum.

"It is..." Kataku.

"Good night Al." Kata Stuart sambil menutup matanya.

"Good night Stu."

Aku mencoba untuk tidur; tapi tidak bisa. Rasanya sulit sekali untuk memejamkan mata ini. Selama 30 menit aku hanya menatap wajah Stuart yang tengah tertidur di sampingku.

"Tak bisa tidur?" Kata Stuart tiba-tiba sambil tetap memejamkan matanya.

"Eh... Keganggu ya? Maaf..." kataku meminta maaf.

"Gak usah minta maaf; aku juga gak bisa tidur koq." Kata Stuart sambil membuka matanya.

An akward moment; kami saling menatap di atas tempat tidur. Kembali Stuart meraih tanganku dan kemudian meremasnya.

"Yaudah... kita ngobrol aja klo gitu yak?"

Dan kami menghabiskan sisa malam mengobrol sambil berpegangan tangan satu sama lain. Sampai ayam jantan berkokok dan sang fajar menyingsing.

NOTE:
Writing this story while listening to Lenka's Dangerous and Sweet as the backsound.

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger