Rabu, 30 Januari 2013

Review: Warrior of The Light

- 0 comments

Pertama kali saya menikmati karya Paulo Coelho adalah sekitar tahun 2008 - 2009 sewaktu membaca The Zahir. Buku yang cukup tebal dan sarat dengan berbagai macam hal namun tidak membuat berkerut ketika membacanya.

Ada banyak quotes menarik di buku tersebut, dan salah satu yang menarik perhatian saya adalah sebuah deskripsi singkat tentang Kesatria Cahaya (Warrior of The Light). Later on I found that Warrior of The Light merupakan tulisan Coelho yang lainnya.

Bertahun-tahun kemudian saya bertemu dengan karya Coelho yang lain The Alchemist (yang lebih tipis dan tetap enak dibaca), Brida (yang walaupun tidak setebal The Zahir namun lebih sulit untuk memahaminya).

Ketika saya membeli Brida saya sempat menanyakan buku Warrior of The Light kepada penjaga toko, namun dijawab bahwa tidak ada buku berjudul demikian (mungkinkan belum dicetak/dijual/diterjemahkan ke Indonesia?) Who knows...

Bulan Desember 2012, sambil menyelesaikan tantangan dari seseorang, saya hunting ebook di internet, dan yang pertama saya cari adalah Paulo Coelho. And voila... Akhirnya ketemu juga buku Warrior of The Light. What a long journey for a book no?

Warrior of The Light merupakan kumpulan tulisan Coelho di internet. I would say that his writings are Daily Wisdom. Kebijakan yang kita temui sehari-hari, sesuatu yang sederhana namun tak jarang kita merasa sulit untuk menjalaninya. Dan sering kali membuat kita berpikir "Oh, iya ya..."

Walaupun sarat makna dan kebijaksanaan, sangat menyenangkan untuk membaca tulisan-tulisannya di buku ini. Sangay jarang kita mengerutkan kening ketika membacanya.

Tulisan-tulisan Coelho di buku ini berasal dari berbagai macam aliran, ada Chritian/Chatolic's wisdom, Zen's Wisdom, Sufi's wisdom, Hindu's Wisdom, Buddhist's Wisdom and even Pagan's Wisdom. The best thing is he didn't combine them, he shows us that we can learn wisdom from every single thing in the universe.

Masing-masing dari kita yang belajar dan mengambil hikmah dari buku ini, dan saya yakin setiap dari kita mempunyai penilaian sendiri akan buku ini.

As for myself. I enjoy reading this books very much. (An ebook version of Warrior of The Light are devided into 3 volumes).

If you're interested in those books you can download them here

P.S. Ada yang pernah nemu versi cetak dari buku ini di toko buku di Indonesia?

[Continue reading...]

Selasa, 29 Januari 2013

Cerita IV Part 2

- 0 comments

Secara fisik sebenarnya mas Al bukan type gue. Mas Al orangnya kurus sementara gue lebih suka cowok yang agak2 chubby (suka aja sih ngeliatnya dan kayaknya enak kalau dipeluk :p). Secara umur kita juga beda jauh, dia... well... 40 :">

Tapi gak tau entah kenapa kita gampang akrab dan ketika mas Al ngajak jadian, I'm easily say yes.

~~~

"Lu langsung jawab iya?" Tanya Ryan sewaktu gue bercerita tentang jadian gue sama mas Al

"Hu uh." Jawabku polos

"Saat itu juga?" Tanya Ryan lagi sambil pasang tampang bego.

Aku jawab dengan anggukan kepala.

"Mure deh... Play hard to get dikit napa?" Kata Ryan dengan santai.

Saat itu gue berharap gue punya lesung buat nimpuk dia.

~~~

Entahlah... Mungkin karena euphoria gue "AKHIRNYA GUE PACARAN!!!!" Bodo amat sama siapa.

Mungkin juga karena pesona dari mas Al. Yang gue sendiri gak bisa menjelaskannya.

Atau jangan-jangan gue kena guna-guna dia?

OMG!!!! Si Ryan bakal ngakak puas deh klo pemikiran ini gue kasih tau ke dia.

Well... Dia bukan tipe cowok romantis, but he surely know how to threat someone rightly. Baik sebelum ataupun semasa pacaran. Gak pernah ada obrolan-obrolan romantis. Pangilan sayang kami masing-masing? Well... Gue manggil dia Mas Al dan dia manggil gue "Dek Stu" Gak romantis yak? Oh well... I like it that way.

Acara penembakanpun juga bukan sesuatu yang romantis. Mas Al nembak gue lewat chat WA setelah kita 2 minggu dan (lumayan) sering ngobrol

"Mas gak pengen tahu lebih banyak tentang saya dulu?" Kata gue waktu itu.

"Mas udah tahu apa yang perlu mas ketahui dari dek Stu." Jawab mas Al.

Jawaban cerdas dan gue gak bisa nemu argumen untuk jawaban tersebut.

"Tapi kita baru ketemu sekali mas?" Kataku lagi.

"Emang kalau kita jadian kita tidak bisa bertemu?" Jawab mas Al dengan sebuah pertanyaan.

Dan gue gak bisa jawab.

"Uhmm... Mas Al gak nanya seks role saya?" Hanjrut pertanyaan apa dah.

"Apakah itu sesuatu yang harus ditanyakan?" Jawab mas Al lagi.

MENEKETEHE??? Gue belom pernah pacaran sebelumnya. Kata gue dalam hati.

Gue terdiam, walaupun baru sekali bertemu dan lebih banyak komunikasi lewat chat, tapi gue merasa nyaman. Mas Al cerita cukup banyak tentang dirinya dan gue bisa menerima semua yang ada pada dirinya.

"Uhmm... Jawabnya iya mas." Kata gue pada akhirnya

"Iya apa?" Jawab mas Al

"Iya saya mau jadi pacar mas Al" kataku

"Dek Stu yakin?" Tanya mas Al.

Yaelah... Gue tabok juga lu. (Dalam hati juga) l

"Iya mas."

"Dengan segala apa yang ada pada mas?" Tanya mas Al lagi.

"Iya mas, bukankah tidak ada yang sempurna di dunia ini?" Jawab gue. Hopefully he consider it as  smart answer.

Dan sejak saat itulah gue dan mas Al jadian. Interaksi antar kami lebih banyak lewat chat dan telepon. Jarang bisa ketemu langsung karena kesibukan kerja, dia punya posisi yang cukup penting di perusahaan tempat dia bekerja sementara gue fresh graduate yang  tengah merintis karier di kantor tempat gue bekerja sekarang.

Dengan intensitas ketemuan yang jarang, physical touch yang well... tidak bisa dikategorikan sebagai kontak fisik orang yang tengah berpacaran. Mjngkin benar apa yang dikata Ryan. Gue kering, tapi gue menikmati kebersamaan gue bersama mas Al, apapun itu bentuknya.

After all tidak ada yang sempurna di dunia ini kan?

[Continue reading...]

Minggu, 27 Januari 2013

Cerita IV (Part I)

- 2 comments

"Maaf ya Ray, nanti kita gak jadi makan siang bareng." Pesan yang aku kirim lewat WA untuk temanku Ryan.

"Kenapa?????" Jawab Ryan (dengan banyak tanda tanya dan emot manyun)

"Mas Al ngajak aku buat makan siang bareng. Kamu kan tahu kalau aku jarang bisa ketemu sama mas Al" Jawabku (tak lupa aku bubuhkan emoticon sedih)

"Cungguh? Enelan? Makan siang dimana?" Tanya Ryan.

Aku pun menyebutkan nama sebuah restoran terkenal di pinggir kota Solo.

"Great! Resto itu terkenal dengan Patin bakarnya, gue mau satu. Lu yang nraktir." Tulis Ryan (dengan emoticon nyengir tengil) dan gue gak bisa bilang tidak.

And here I am right now, keluar dari mobil mas Al berjalan memasuki restoran yang asri ini menuju ke salah satu gazebo di pojok restoran.

Tak berapa lama kami duduk, seorang pelayan restoran datang menghampiri kemudian menyodorkan menu.

"Dik Stuart mau pesan apa?" Tanya mas Al kepadaku.

"Mas Al apa?" Kataku balik bertanya.

Kami pun kemudian mendiskusikan makanan yang akan kami pesan.

"Uhmm... Kata temen bakwan jagung di sini enak, boleh pesan ya mas?" Kataku sambil tersenyum lebar.

"Boleh... Tapi jangan banyak-banyak ya..." kata mas Al tersenyum simpul melihatku.

Mas Al orang yang sangat menjaga pola makannya dan gorengan merupakan salah satu "musuh utamanya" tapi mas Al tidak pernah memaksaku untuk mengikuti gaya hidupnya, dia hanya mengingatkanku untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan satu ini.

Sebelum pelayan pergi meninggalkan meja kami, aku membisikkan pesanan Ryan sambil meminta untuk memisahkan bill nya.

"Ada apa?" Tanya mas Al setelah pelayan pergi.

"Eh..  Nggak apa-apa koq mas..." jawabku

"Jatah Preman?" Tanya mas Al sambil tersenyum.

Mas Al sudsh tahu kalau aku dan Ryan berteman akrab dan aku juga sudah cerita mengenai sifat Ryan yang jahil dan suka iseng.

"Iya mas, sebenarnya rencananya aku dan Ray mau makan siang bareng..." kataku

"Wah... Berarti mas yang salah dong yah?" Kata mas Al.

"Enggak lah mas..."

"Yaudah klo gitu, mas yang tanggung jawab. Biar mas bayar pesenan Ryan."

"Jangan mas, aku gak mau ngerepotin mas Al." Kataku mencoba menolak permintaan mas Al.

"Please, allow me to do that for you." Kata mas Al sambil mengenggam tanganku kemudian meremasnya sambil matanya menatap mataku dan kemudian tersenyum.

Gue meleleh.

~~~~

"Jadi kamu sama mas Al blom pernah make love? Not even once" tanya Ryan sore itu, sewaktu dia main ke kost ku.

"Nope." Kataku sambil ngemil keripik singkong yang dibawa Ray.

"Kalau petting?" Tanya Ryan lagi.

"Hah? Apaan tuh?" Kataku.

"Lu beneran kagak tau?" Tanya Ray yang aku jawab dengan gelengan.

"Well... Petting itu kontak seksual tanpa penetrasi."

"Oh itu...  Blom pernah juga." Jawabku

"Tapi ciuman pernah dong?" Kata Ryan lagi, kali ini dengan mimik serius.

"Uhm... cipika cipiki di hitung ciuman gak?"

"Cipika cipiki kayak gini?" Kata Ryan sambil menempelkan pipinya ke pipiku.

"Hu uh." Kataku lagi.

"KAGAK!!!" Kata Ryan.

"Dih galak..." kataku

"Well... Mas Al sering pegang tanganku, meremasnya trus beberapa kali dia juga memijat pundakku." Kataku menambahkan

Ryan cuma pasang tampang bego ngeliat aku yang tengah meracau sendirian

"Sik bentar... Kalian jadian udah berapa lama? Stupid question I KNOW but just to make sure." Tanya Ryan

"Uhmm... Udah 6 bulan ini."

"OH EM JI...." kata Ryan dengan tampang shock.

"Kalau gue jadi elu udah kering kali Stu." Kata Ryan menambahkan

"Tabok ya..." kataku sambil melempar bantal ke arah Ryan yang ngakak kesenangan.

"Eh iya, si mas itu pacar pertama kamu kan yah?" Tanya Ryan lagi.

"Iye, lu udah tau ngapain nanya?" Jawabku dengan muka cemberut.

Well... Aku dan Ryan berteman sejak jaman kuliah dulu dan kami saling terbuka satu sama lain jadi sudah saling tahu sama tahu.

"Dan lu belum pernah melakukan "hal itu" sebelumnya" tanya Ryan lagi dengan cueknya.

"Iye" jawabku lagi (masih cemberut)

"Hmm... Lu udah mau 25 tahun dan lu belum pernah punya pengalaman seksual sama sekali." Kata Ryan ngomong sama diri sendiri.

"Harusnya kamu masuk museum rekor deh." Kata Ryan lagi sambil nyengir super tengil.

Dan gue cuman bisa cemberut ngeliatnya.

Aku dan Ray sudah deket sebagai temen, sudah bisa memahami karakteristik masing-masing, Ryan dengan becandaannya yang kasar dan sering kali menohok tidak pernah membuatku sakit hati. In fact karena dia lebih "expert" maka aku lebih banyak bertanya dan "belajar" dari Ryan.

"Kalau aku dulu pertama kali umur berapa ya?" Kata Ryan sambil mengingat-ingat.

"18? Atau 17 eh ndak ding kayaknya 16 deh." Kata Ryan lagi

"KAGAK MAU DENGER." Teriak gue sambil menutup kuping pake bantal.

Dan Ryan kembali ngakak ngeliat gue.

"Seriously yah Stu, have you ever thought of doing "something" sama si mas?" Tanya Ryan dengan serius.

"Ya pasti pernah lah Ray." Kataku dengan serius pula.

"Kalau dia minta kamu jadi batem? Kamu siap?" Tanya Ryan lagi.

Terdiam sejenak.

"Nggak tau ya Ray. Gue sayang sama mas Al, dia juga selalu baik serta sayang. But when it come to sex I'm absolutely have no idea." Kataku kemudian.

"Well... Kalau aku bilang ya Stu for your first time you better do it with the one you love, you do it because you want it, not because you force to do it. Yoh don't have to do it if you don't want it." Kata Ryan lagi.

Itu yang aku suka dari berteman dengan Ryan, dibalik sikapnya yang selengekan, becandaannya yang keterlaluan dan sering kali bikin keki. He truly is a good friend.

"Kalau gue dulu pertama kali sama siapa yah? Satpam sekolah? Bukan deh... Mas-mas tetangga sebelah? Bukan juga... Andrew pacar pertama gue?" Kata Ryan kembali ngomong sama diri sendiri

"RAY GILA!!!!!"

Kembali Ray ketawa ngakak

[Continue reading...]

Sabtu, 26 Januari 2013

Dapat Ide Dari Mana?

- 0 comments

Pertanyaan dari kamu yang sampai sekarang masih keinget. Awalnya sih kemarin pengen jawab "Dari kamu" tapi ntar ketahuan bohongnya :p (beuh disini doang berani ngomong padahal aslinya cuman bisa diam g tau gimana harus jawabnya)

Well... Ide bisa berasal darimana saja, proses menuangkan ide kedalam bentuk tulisan itu beda lagi.

Beberapa waktu lalu, saya ikut kegiatan jumpa fans (well short of) dengan seorang penulis yang sharing tips dan trik menulis.

Menulis merupakan sebuah proses belajar. Semakin banyak kita berlatih, maka semakin bagus pula tulisan kita. Hampir tidak ada orang yang sukses membuat tulisan bagus di percobaan pertama. Tapi dengan banyak berlatih dan introspeksi terhadap tulisan-tulisan terdahulu maka tulisan kita akan semakin bagus.

Seperti halnya yang dikatakan Paulo Coelho (yang mengutip banyak penulis besar lainnya) bahwa "buku itu menulis sendiri, penulis hanya mengetiknya". Sebuah ide datang kepada kita, namun bagaimana jalannya ide tersebut kita tidak pernah tahu. Dengan semakin banyak berlatih menulis kita akan semakin banyak mengalami hal tersebut. Betapa kata-kata, kalimat yang tersusun di layar monitor/ kertas tiba-tiba berubah tidak sama persis dengan yang ada di kepala kita sebelumnya. Hal ini terjadi baik pada tulisan fiksi maupjn non fiksi (yang menyusun paper, skripsi ataupun tugas kuliah secara mandiri saya yakin pasti mengalami hal ini, berbeda kalau hanya sekedar copy paste).

Banyak-banyak membaca dan jadilah pendengar yang baik. Walaupun ide sering kali muncul tak terduga dari mana saja dan kapan saja, namun sering kali kita butuh sebuah pancingan agar ide datang kepada kita. Dengan banyak membaca (apapun itu bacaannya entah koran, majalah, buku, blog atau bahkan tweet) akan membuka pikiran kita sehingga ide itu akan datang ke kita.

Mendengar dengan baik. Bagaimana mendengar yang baik itu? Fokuskan perhatian kepada orang yang berbicara. Ambil inti pembicaraan dari orang tersebut dan ajukan pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan pembicaraan. Latih kedua hal tersebut dan anda akan mendapatkan berjuta ide untuk anda tulis.

Dalam menulis sering kali kita menghadapi writer's block atau mati ide saat menulis. Don't worry it happen to every writer in the world. Bahkan penulis terbaik di dunia sekalipun pernah mengalami hal ini.

Bila hal in terjadi, take your time, tutup aplikasi yang anda gunakan untuk menulis, lupakan sejenak tentang tulisan anda. Do something else, apakah itu bermain game, jalan-jalan atau aktivitas lain yang anda sukai (as for myself I'll go to the kitchen and cook). Setelah anda merasa segar, buka kembali document tulisan anda.

Mulailah dari sesuatu yang sederhana. Kalau kita banyak membaca buku kita akan temui bahwa main idea/ide utama dari tulisan-tulisan tersebut adalah hal sederhana. The Alchemist nya Paulo Coelho misalnya, ide utamanya adalah perjalanan seorang pengembala untuk mencari harta karun. Kemudian dikembangkan dalam perjalanannya dia bertemu dengan banyak orang dengan berbagai karakter, mengalami berbagai peristiwa. Dan pada akhirnya selain dia menemukan harta karun  yang dia cari selama ini, dia juga mendapatkan harta yang paling berharga di dunia yaitu pengetahuan dan kebijaksanaan.

Last but not least always remember "Menulis adalah sebuah proses yang tidak instant, masing-masing dari kita memiliki waktu kita sendiri. Just enjoy the process.

Happy writing :)

[Continue reading...]

Kamis, 24 Januari 2013

Tantangan Baru

- 0 comments

"In order to make your life more exciting. Take a challange or challange yourself."

Terkadang hidup terasa menjemukan, dan untuk keluar dari kejemuan tersebut serta membuat hidup lebih menarik ambillah sebuah tantangan atau tantanglah diri sendiri. Sebuah tantangan tidak harus yang berat-berat bisa dimulai dengan tantangan kecil yang bisa kita lakukan sehari-hari.

Akhir tahun kemarin saya menantang diri saya sendiri untuk menguruskan badan. Awalnya sempat kepikir "Apa bisa ya?" Namun ternyata ketika dijalani semuanya bisa berjalan dengan lancar. Mengurangi asupan karbohidrat, memperbanyak sayur dan buah-buahan dan voila berat badan yang dulunya berkisar 80kg lebih sekarang turun ke berat badan ideal antara 75 - 76. Pipi yang awalnya tembem sekarang jadi keliatan tulang pipinya dan bikin tambah narsis sering ngaca dan foto =))

Di awal tahun ini saya menantang diri saya untuk mengurangi berkicau di twitter lebih banyak membaca (baik buku, koran, blog, atau yang lainnya) serta lebih banyak menulis di blog. Dan voila... Sekarang lebih sering mantengin dan membaca kicaun yang ada dan lebih cerewet di blog yang sempat berbulan-bulan tanpa postingan satupun #sighs

Tantangan berikut yang coba saya ambil adalah meratakan perut. Walaupun berat badan sudah turun ke angka ideal apa daya perut masih buncit aja penuh dengan lemak yang masih saja terasa menganggu.

Tantangan untuk satu bulan kedepan adalah lebih banyak berolahraga agar perut rata. Sehingga ukuran celana turun 1.

SEMANGAT!!!!

[Continue reading...]

Rabu, 23 Januari 2013

Surat Kaleng

- 0 comments

Dear A,

Dari awal kita ketemu, aku menyukai dan mengagumi dirimu, sikapmu, kepribadianmu, senyummu dan tawamu.

Awalnya aku berpikir bahwa itu kekaguman sesaat karena kita baru saling mengenal. Dan kemudian interaksi kita terus berjalan dan rasa kagum serta suka itu masih terus ada, sampai sekarang.

I try to teased you, mengirimkan kode-kode kepadamu untuk mengetahui reaksimu. Sayangnya aku tak tahu persis reaksimu karena kita hanya ngobrol lewat WA.

Dan kemudian kita bertemu lagi, entah kenapa lidahku menjadi kelu, terlalu kaku to teased you, to send you the codes. Atau aku terlalu excited curi-curi pandang mengagumi mu.

I always enjoy every single conversation we had. Apakah itu secara langsung ataupun lewat WA. Infact a couple of stories I wrote here are inspired by our conversation, inspired by you.

Begitu mudahnya bagiku untuk menulis cerita-cerita tersebut, dalam waktu yang singkat pula. Tapi betapa sulitnya untuk menulis surat ini. Betapa susahnya memilih kata, merangkainya menjadi sebuah kalimat yang kemudian membentuk paragraf.

Begitu banyak hal yang pengen aku ungkap, begitu sedikit keberanian yang aku punya.

What I'm trying to say is that Aku suka kamu.

[Continue reading...]

Senin, 21 Januari 2013

THANK YOU GOD :")

- 0 comments

Entah berapa kali Tuhan telah dan akan memberikan penghiburan, kejutan-kejutan yang menyenangkan untukku. Dan entah berapa kali punya aku akan terkagum, amazed, speechless menghadapi semua itu.

Seperti halnya sore ini, sebuah kejutan dari seorang teman, sahabat, saudara yang sudah lama tak berjumpa.

Sebuah kejutan kecil, sederhana yang mungkin bagi orang lain bukan apa-apa. But for me it means A LOT.

Sore ini aku kembali mengucap syukur
Untuk semua yang Tuhan berikan kepadaku

Sore ini
Aku kangen >_<

[Continue reading...]

Review: Intouchables

- 0 comments

Udah lama saya tidak menonton film Perancis. Dan bagi saya film Eropa (terutama Inggris dan Perancis) memiliki kekhasan dan keunikan sendiri.

Pertama kali nonton film Perancis yang bener-bener nonton dan mengamati film tersebut adalah film Amelie nya Audrey Toutou. Sebuah film yang absurb, lucu, aneh bercampur aduk.

Dan kemarin berkesempatan untuk menonton film The Untouchables, salah satu film yang diputer XXI dalam acara Festival Film Perancis.

Awalnya sempat ragu mau nonton Les Lyonaise atau The Untouchables. Namun setelah ngintip sinopsis masing-masing film di bukunya mbah google akhirnya diputuskan untuk menonton The Intouchables.

Dsri awal I expect nothing from this movie. Hanya tahu bahwa film ini bergenre Drama Comedy dan ada sedikit bayangan tentang bagaimana film ini nantinya. Dan untungnya juga teman menonton saya tidak banyak ngasih spoiler walaupun dia udah nonton film ini sebelumnya (and I thank him for this (": )

Filmnya dibuka dengan adegan di masa sekarang, dua orang yang sudah akrab, and smoothly adegan flashback ke awal pertemuan mereka dan relasi yang terjadi diantara mereka berdua.

Sesuai dengan genre nya film Drama Comedy, film ini menyajikan drama dan comedy secara bergantian, yang berjalan secara smooth. Satu adegan membuat kita terbahak-bahak, dan adegan berikutnya membuat kita sedih bahkan menitikkan air mata (ah sayang sekali temen saya ndak nangis padahal pengen banget liat dia nangis #eh)

Yang paling saya suka dari film ini adalah ada satu fase dari kedua tokoh utama dari yang awalnya asing satu sama lain, saling tidak mengerti. Kemudian perlahan bisa "membaca pikiran", saling berkomunikasi tanpa banyak kata, bahkan tanpa kata, cukup dengan anggukan, pandangan mata dan gesture tubuh.

My most favourite scene would be scene terakhir eye contact antara Diss dan Alfred serta pengrtian dan pemahaman Diss. It's beyond a thousand words.

Ada banyak quote-quote cerdas di film ini yang membuat saya kagum. 4 out of 5 stars for this movie. A must see movie.

[Continue reading...]

Rabu, 16 Januari 2013

D'Aodh Tù

- 0 comments

Kota itu tak lebih besar
Tidak lebih ramai
Tak pula jauh
Dari kota tempat tinggalku

Hanya satu jam naik kereta

Kebanyakan orang lebih suka menghabiskan liburan
Di kotaku
Tapi aku
Lebih suka berada di kota kecil itu

Karena ada kamu disitu

Kamu dan keramahanmu
Kamu dengan segala kesederhanaanmu
Kamu dengan keanehan-keanehanmu

Malam ini aku teringat kota kecil itu
Teringat akan dirimu

Aku kangen kota kecil itu
Aku kangen kamu

NOTE:
D'Aodh Tù (Irish Gaelic) dalam bahasa Indonesia artinya Untuk Kamu

[Continue reading...]

Kamis, 10 Januari 2013

Resolusi Awal Tahun

- 0 comments

Dua hal yang sering kali saya dengar di awal tahun selain mengganti kalender, buku agenda dan kawan-kawannya adalah membuat resolusi awal tahun dan memperdebatkannya (bahkan sampai sekarang memasuki hari ke-10 di tahun 2013 masih saja ada obrolan tentang kedua hal tersebut).

Anyway... Tahun 2012 kemarin ada banyak (well lebih dari dua saya hitung banyak :D) keinginan/harapan saya yang terkabul, beberapa butuh waktu lama untuk bisa terwujud sementara yang lainnya tidsk butuh waktu terlalu lama untuk bisa terwujud.

Satu hal yang saya pelajari selama ini bahwa menetapkan resolusi awal tahun seperti halnya menetapkan tujuan perjalanan. Ada yang menyesuaikan tujuan dengan kondisi dan situasi yang dihadapi orang tersebut (tipe realistis) ada juga yang menetapkan tujuan/resolusinya tinggi (tipe optimis atau well... tipe gila :p)

Apapun itu, entah resolusinya realiatis ataupun ketinggian/"mustahil" dengan kondisi yang saat ini ada. Tidak ada salahnya untuk menetapkan resolusi di awal tahun. Sebagai sebuah penyemangat dan motivasi untuk lebih giat bekerja dan berusaha meraih tujuan tersebut.

As for me, well... kemarin bikin resolusinya tinggi sik. Hopefully I can make it. Amiiin...

*postingan geje di tengah malam :p*

[Continue reading...]

Rabu, 09 Januari 2013

Hi Again

- 0 comments

"Stu..." sapaan hangat mengikuti tepukan di pundakku ketika aku tengah menikmati hujan bersama Coelho ditemani secangkir kopi di Teras Kafe sore itu.

Suara yang begitu aku kenal namun sudah lama tak aku dengar. Aku meloncat dari kursi ku, melihat kearah orang yang tadi menyapaku.

"AL.... IT'S YOU!" kataku setengah berteriak.

Here you are,  standing in front of me. Sambil nyengir tengil tanpa dosa, seakan-akan kita tidak terpisah sekian lama.

Tanpa ragu-ragu ku peluk Al. Ku peluk erat-erat layaknya anak kecil yang tengah memeluk erat mainan kesukaannya.

"Aw... Sakit tauk..." kata Al sambil membalas pelukanku.

"I missed you soooo much Al." Kataku sambil mengendurkan pelukanku namun tak juga melepaskannya.

"Lebay ih..." kata Al sambil ketawa.

"I missed you Stu." Kata Al menambahkan.

Ku lepaskan pelukanku kemudian kupandangi Al dari ujung kepala sampai ujung kaki.

"Tanbah cakep aja kamu..." kataku yang kemudian disambut ketawa oleh Al.

"Stu... Don't you want to know where have I been?" Tanya Al.

Terdiam sejenak.

"Well... I DO curious Al. Tapi toh nanti ada saatnya kamu akan cerita, yang paling penting adalah sekarang kau ada disini." Kataku sambil tersenyum riang.

"Duduk yuk... Mau pesen apa? Kopi apa teh? Atau susu? Gimana kalau juice? Soft drink may be?" Kataku menawarkan.

"Hahaha... Dasar" kata Al sambil ketawa lebar.

NOTE:
For T, my long lost frind. Soooo glad to have you back #Peluk #Uyel2

[Continue reading...]

Sabtu, 05 Januari 2013

Malam Ini

- 2 comments

Aku tak suka hujan

Karena banyak cucian

Sedang tak enak badan

Dan tak ada kau di pelukan :"|

[Continue reading...]

Jumat, 04 Januari 2013

Aku Suka Hujan

- 2 comments

Menembus derasnya hujan
Menaiki motor
Dengan kau dibelakang
Memeluk erat punggungku

Aku suka hujan,

Menikmati hujan yang turun
Ditemani teh dan kopi panas
Bersamamu

Aku suka hujan,

Menghangatkan tubuh
Dengan memelukmu
Sepanjang malam

Aku selalu suka hujan
Terlebih jika ada kau di sampingku.

[Continue reading...]

Rabu, 02 Januari 2013

Kopi, Teh Dan Hujan Sore Itu

- 0 comments

Secangkir kopi untukku
Secangkir teh untukmu
Terhidang diatas meja
Menemani kita berdua
Sore itu

Hujan mengguyur deras
Tertiup angin membasahi tempat kita duduk
Tapi kita tetap diam bergeming
Asyik dengan pikiran masing-masing

Aku membuka mulutku
Mencoba untuk berbicara
Tapi kata-kata itu tertahan di mulutku
Tak mau juga keluar

Kau buka mulutmu
Seperti hendak mengatakan sesuatu
Kemudian tertahan

Dan keheningan kembali menyelimuti
Hanya terdengar rintik hujan yang masih saja turun
Entah untuk berapa lama

Kemudian ku dengar suaramu memecah keheningan diantara kita
"Kopinya... Mulai dingin..."
Tertahan dan perlahan
Seakan takut menganggu keheningan

Aku mengangguk dan tersenyum
Namun tak jua kuraih cangkir kopimu
Demikian juga dengan dirimu
Dan cangkir teh mu.

Kedua cangkir kita tak sedikitpun kita sentuh

[Continue reading...]

Selasa, 01 Januari 2013

It's Complicated(TM)

- 0 comments

"The answer is no Stu." Kata Al perlahan.

"Mungkin... Kamu perlu waktu untuk mempertimbangkan aku Al?" Kataku sambil menatap mata Allison.

Allison menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian berkata.
"You're a good friend Stu..."

Oh God... I don't have to hear the rest. Sebuah pembukaan yang bersifat memuji tapi aku tahu pada akhirnya merupakan sebuah penolakan. 3 bulan aku pelakukan pendekatan kepada Allison, membuktikan bahwa aku benar-benar menyayangi dan mencintaia dia bukan hanya sekedar nafsu. Well... there IS lust, but love comes first.

Dengan senyum kecut asam jawa ditambah ketek tidak mandi seminggu, aku pamit. Dengan lesu kutinggalkan rumah Stuart. Kupacu motorku perlahan. Haruskah aku menangis karena penolakan ini? Nggak!!! Aku nggak akan menangis hanya karena patah hati. Bagaimanapun juga aku seorang cowok. Lagipula malu kalau diliat orang ada cowok naik motor sambil nangis tersedu-sedu.

Di peremlatan lampu merah aku melihat pohon pohon beringin di pinggir jalan seakan-akan memanggilku. Ah... Haruskah aku menumpahkan semua uneg-uneg dan perasaan nyesek di dalam dada ini dengan menyanyi dan menari ala film India kesukaanku?

But damn!!! Aku gak bisa nari dan boro-boro nyanyi batuk aja fals :| Akhirnya aku urungkan niatku untuk menumpahkan uneg-uneg dengan ber India ria. Dalam perjalanan pulang sempat terpikir untuk mampir ke bar dan mabuk sampai teler. Tapi kemudian keinget kalau air dan listrik bulan ini belum dibayar. Setan! Kenapa dalam keadaan seperti sekarang akal sehatku masih saja bekerja dengan baik.

Aku memasuki rumah dengan lemas. Teringat kalau dari siang tadi aku belum makan apa-apa. Tadi rencananya aku makan malam dengan Allison, tapi dibatalkan dengan sendirinya setelah penolakan dari Allison. Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa tidur malam ini. Aku harus menghabiskan energi emosi yang saat ini menguasai diriku. Setelah makan malam ala kadarnya (sebungkus mie instant duo dengan 2 butir telor ayam dan sosis serta camilan 2 kaleng kue sisa lebaran kemarin) aku mulai mengambil sapu, kubersihkan setiap sudut rumah, kubersihkan sarang laba-laba yang ada, mengepel lantai, mencuci semua pecah belah, mengelap dan memperbaiki perabotan, sempat terpikir untuk memperbaiki genting yang bocor tapi kepikir kalau hari sudah terlalu malam dan lagipula aku tidak punya tangga untuk naik ke atas. Dengan badan yang capek berat akhirnya aku tertidur dengan nyenyak.

Pagi harinya aku berangkat ke kantor dengan perasaan  galau masih menggelanyuti diriku. Tapi rupanya Tuhan bermurah hati. Dia tidak mengginginkanku untuk terlalu lama berlarut dalam kegalauan. Se sampai aku di kantor si Bos besar (well huge actually) sudah menyambutku dengan berbagai macam tugas. Target yang biasanya untuk satu bulan sekarang jadi seminggu, belum lagi tugas-tugas tambahan yang mengalir baik aliran Bengawan Solo yang membuat aku tidak sempat untuk memberi ruang bagai kegalauan hatiku di pikiranku. Dsn kemudian aku teringat bahwa bulan ini adalah peak bagi produksi dan sales perusahaan.

Selama sebulan ini aku disibukkan dengan pekerjaan dan pekerjaan. Hampir tidak ada waktu beristirahat. Kalaupun ada waktu untuk beristirahat maka  benar-benar aku gunakan untuk beristirahat. Terkadang hari Minggu pun masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Hari minggu ini akhirnya aku terbebas dari pekerjaan. Setelah sempat mengancam si bos besar bakala  ngempesin badannya kalau aku masih saja diberi pekerjaan. Hari ini aku pengen benar-benar beristirahat dengan tenang. Sambil berbaring di kursi teras. Aku mengecek hapeku. Sebuah pesan singkat dan 254 missed call dari Allison ada di log history. Aku baca SMS Allison

"Sombong :("

Bener-bener sebuah pesan yang singkat ^_^;;

Aku hubungi nomor Allison.

"Pagi Al" Sapaku dengan nada riang.

"Pagi..." jawab Al dengan nada sendu.

"Kamu sakit?" Tanyaku dengan nada khawatir.

"Nggak... Nggak papa koq..." Jawab Allison dengan nada suara D Minor (kurang menyakinkan maksudnya)

Aku diam saja, menunggu Allison berbicara.

"Kamu sekarang sombong Stu..." kata Allison masih dengan nada suara sendu (sekarang ganti ke C Mayor)

"Sombong gimana maksudnya Al?" Tanyaku tidak mengerti.

"Sekarang kamu sudah tidak peduli lagi sama aku, tidak pernah main ke rumahku lagi, telepon bahkan SMS pun tidak pernah."

Aku bengong, setelah 5 jam 14 menit dan 59 detik kemudian aku berkata

"Maaf Al, akhir-akhir ini aku disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Bahkan untuk beristirahatpun aku harus pintar-pintar bagi waktu."

Terdengar suara Al tengah menyusut hidung.

"Kenapa Stu... Kenap?" Tanya Al sambil tetap menyusut hidungnya.

Kenapa apaan dah? Aku nggak paham pertanyaan Allison, oleh karenanya aku diam saja, menungu kelanjutan pembicaraan Allison.

"Kenapa Stu... Kenapa dulu kamu tidak berusaha untuk memperjuangkan aku?" Tanya Al.

"Tapi Al, aku sudah berjuang. Selama tiga bulan kemarin mencoba membuktikan cintaku kepadamu. Dan ketika kau menolakku aku pun bertanya mungkin kau butuh waktu untuk berpikir. Tapi kau berkata tidak."

"Aku suka kamu Stu... Tapi aku mau kau berjuang lebih keras untuk mendapatkan diriku."

Kembali aku terdiam sambil mencari apa yang bisa aku kunyah karena kursi teras telah habis aku kunyah.

[Continue reading...]
 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger