Kamis, 11 Oktober 2012

Stuart dan Allison

"Maaf Stu baru datang, ada banyak kerjaan di kantor."

"Gpp Al, santai saja, aku juga blom lama koq." Stuart tersenyum dan memandang sekeliling, sebuah coffeeshop franchise terkenal, tempat favorite mereka berdua.

" Eh, aku sambil makan yak, laper banget nih...."

"Kamu gak berubah ya? Tiap kali kita kesini pasti pesenan kamu sama." Kata Stuart sambil memandang sepotong cheese cake dan secangkir coffee latte di hadapan Allison.

"Hehehe... Yah... Begitulah..." Kata Allison sambil menyantap cheese cake kesukaannya.

"Al... Kalau saja mesin waktu Doraemon beneran ada..."

"Hei... Ngomong apaan kamu, koq tiba-tiba begitu?"

"Well... Jika saja beneran ada, aku pengen kembali ke masa tiga tahun lalu dan berhenti disana. Saat pertama kali kita bertemu, saat kau, meminangku... saat kita bersama... Sebelum aku melakukan kesalahan besar itu..."


"Stu... Kita kan masih bersama, sebagai sahabat. Komunikasi kita juga masih berjalan baik, kita juga masih sering bertemu?"

"Well... Not physically..."

"Apa yang kamu harapkan Stu? Begitulah keinginan sang waktu untuk kita jalankan. Hidup kita menuju kedepan, tidak akan pernah kebelakang ataupun berhenti di satu masa saja."

"Apa yang harus aku lakukan Al?"

"Ku beri tahu apa yang akan kamu lakukan. Untuk beberapa lama kau akan bersedih, berkabung, menangisi dan menyesali apa yang telah terjadi pada kita. Entahlah... Mungkin beberapa minggu, mungkin juga beberapa bulan. Hingga kau akan mencapai satu titik dimana kamu menyadari bahwa hidupmu sangat berharga. Banyak hal yang bisa kau raih dan kau laksanakan di masa depanmu. Pada saat itulah kau akan menemukan ketenangan. Dan mungkin kau akan bertemu dengan seseorang dia masa depan."

"Itu... Tidak mungkin Al..."

"Segala sesuatu mungkin untuk terjadi Stu. Dan tidak ada salah satu diantara kita yang diberkahi Tuhan untuk bisa melihat dan mengetahui masa depan."

*Terdiam untuk beberapa lama.*

"Maaf Stu... Aku harus bergegas, jam istirahatku sudah hampir habis. Selamat tinggal Stu..."

"Terdengar suara klik, tak terlihat lagi wajah Allison di layar laptop di depan Stuart."

Stuart mendesah, menyandarkan punggungnya di sofa empuk yang dia duduki. Untuk beberapa lama dia termenung, dan tiba-tiba dia tersadar. Selama ini Allison tidak pernah mengucapkan selamat tinggal. Bahkan ketika mengantarkannya di bandara.

Stuart tersedu di sofa tempat dia duduk. Dari coffe shop yang sama,  namun ribuan mil dari tempat Stuart berada, Allison keluar dan bergegas menuju tempat dia bekerja.

2 comments:

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger