Jumat, 05 Oktober 2012

Cerita Ketiga bagian IV (Autumn)


Aku kenal Ben melalui sebuah situs pertemanan PLU, dan beberapa orang yang aku kenal disitu, dialah yang menurut aku paling  enak diajak ngobrol. Ben seorang mahasiswa tingkat akhir sebuah universitas negeri di kota S, yang tak begitu jauh dari kota tempat tingggalku.

Usia Ben sekitar 27 tahun. Ben bukan orang Jawa, namun berasal dari pulau seberang. Dia seorang PNS yang ditugaskan Pemkab tempat dia bekerja untuk kuliah di Jawa. Pertemanan kami sudah cukup akrab, dan jujur saja aku tertarik dengan Ben, namun setiap kali aku singgung tentang masalah jadian, dia selalu mengelak dengan halus.

Suatu hari,

"Rumah mas itu deket sama Borobudur nggak?"

"Lumayan deket sih Ben, ada apa?"

"Pengen deh main kesana, seumur-umur Ben blom pernah kesana."

"Main aja kesini Ben, kapan kamu ada waktu, nanti mas antar kesana."

Jum'at siang Ben sudah sampai di rumahku. Dan rupanya dia mudah akrab dengan Cahaya, anakku, mereka bisa bermain seperti layaknya teman lama. Hari Sabtu kami habiskan untuk jalan-jalan ke Borobudur bertiga. Sepanjang perjalanan dan selama di sana, Ben dan Cahaya tidak bisa dipisahkan satu sama lain. 

Selepas maghrib kami baru sampai kembali di rumah, Cahaya sudah tertidur dari tadi di pangkuan Ben. Setelah menidurkan Cahaya di kamarnya, kami pun ngobrol di teras. Menikmati kopi sambil menghisap rokok dan menikmati camilan yang ada. Malam semakin larut dan kami pun masuk ke dalam.

Aku ucapkan selamat malam kepada Ben dan hendak masuk ke kamarku. Tiba-tiba Ben mendekat dan mencium bibirku. Ben menciumku dengan penuh hasrat, kusambut ciumannya dan kupeluk dia, kubawa dia kedalam kamarku. Malam itu terjadilah apa yang seharunya terjadi.

Setelah berpuluh tahun, aku kembali  merasakan kehangatan seorang pria. Malam itu kami bercinta. Malam itu aku merasakan kembali kenikmatan yang sudah lama terlupakan. Aku terbuai, aku rasa... aku kembali jatuh cinta. 

Ku kecup hangat bibir Ben ketika kami selesai bercinta. Malam itu, kami tidur sambil berpelukan.  Nikmatnya memeluk seorang lelaki yang kita sukai.


Menjelang pagi kami terbangun, dan kami mengulang kembali apa yang kami lakukan semalam untuk kedua kalinya. Berhubung hari Minggu aku membiarkan Cahaya bangun siang, terlebih setelah kemarin kami jalan-jalan aku yakin dia sangat capek.

Kami menikmati kopi dan sepiring pisang goreng sambil ngobrol di teras belakang.

"Ben... Aku suka sama kamu."

"Ben juga suka sama mas, mas orangnya baik."

"Maksudku, aku sayang sama kamu. maukah kamu jadi pacarku?"

Kulihat Ben terdiam sejenak.

"Maaf mas, tapi Ben tidak bisa..."

"Tapi kenapa Ben, bukannya tadi Ben bilang kalau Ben suka sama aku, lagipula bukankah semalam kita melakukannya berdua?"

"Mas... Walaupun kita melakukannya, bukan berarti terus kita jadian kan mas?"

Aku terkejut mendengar jawaban Ben, namun aku berusaha untuk tetap tenang.

"Mas... Maafkan Ben ya? Sebenarnya Ben sudah punya pasangan dan saat ini lagi break. Dan Ben kesini untuk liburan. Ben suka sama mas, Ben juga suka dengan apa yang kita lakukan semalam. Tapi Ben tidak bisa jadian sama mas."

Aku hanya terdiam, dan tidak bisa ngomong apa-apa.

Sorenya, aku dan Cahaya mengantar Ben ke stasiun kereta. 

"Tetap kontak ya Ben?"

"Iya mas, terima kasih untuk semuanya."

Kulihat punggung Ben yang memasuki peron. Dia menengok kebelakang, tersenyum sambil melampaikan tangan kearah putriku.
Love is like the leaves;
some ever green, some fall on
the first of autumn.

(Roma Ryan)




0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger