Rabu, 17 Oktober 2012

Cerita Ketiga bagian V (Spring)


Four tales from under the Cherry tree. Four tales, four seasons, four loves.  Each tale tells a different story, each season has its own time, each love ends in a different way. One by one the tales of love are told, and one by one the pages upon which they are written fall as the leaves fall. (Roma Ryan)

"Pagi Mas, maaf lama gak kontak2an, Ben lagi sibuk sama tugas akhir nih :("

Sebuah pesan singkat dari Ben di pagi itu. Kami memang jarang atau bahkan tidak pernah berkomunikasi lagi. Beberapa kali aku sms maupun telepon untuk menanyakan kabar tidak pernah di balas oleh Ben.

"Oh... Gpp Ben, gimana tugas akhirnya udah nyampe mana?" SMS jawabanku.

"Doakan cepat kelar ya mas. Kantor udah mulai nanyain kapan lulus. Ben ngejar wisuda bulan Juni, terus pulang deh :D"

"Kalau ntar Ben pulang kampung ntar aku nggak ada temen lagi dong..."

"Jangan gitu lah mas... Pasti ada orang lain yang akan menemani mas."

Belum sempat aku balas sms tersebut, menyusul sebuah sms dari Ben yang masuk.

"Oh iya, Ben ada temen, orangnya baik, mas mau kenalan? Namanya Alabaster."

Alabaster, teman Ben tersebut asli kota tersebut. Dan seperti yang dikatakan Ben orangnya ramah tipikal orang Jawa.

"Selamat siang, saya Fin, boleh kenalan?"

Terdengar begitu klise ya? But what can I say? Aku orang yang konservatif, hehehe...

"Boleh... Salam kenal mas, saya Al :D"

Sebuah percakapan sederhana, mengawali banyak hal. Dari situ obrolan kami berlanjut kemana-mana. Dan ketika sore harinya.

"Mas Al lagi sibuk tidak? Boleh saya telpon?"

"Enggak koq mas, udah kelar kerjaan. Boleh saja klo mau :D"

Lagi-lagi emoticon senyum selalu menyertai sms dari Al.

"Sore mas... Apa kabar?" Sapaku melalui telpon.

"Sore juga mas. Alhamdulillah kabar baik, mas sendiri gimana?"

Ben pernah bilang kalau Al orang yang ramah dan suaranya bagus, namun aku tak pernah menyangka suaranya bakal seempuk ini. Entahlah... Susah untuk menjelaskannya, yang jelas aku ngerasa enak dari sejak pertama kali kita ngobrol. Dan obrolan kami pun berlanjut kemana-mana.

"Oh iya, kata Ben, mas Al seorang terapis, boleh dong kapan2 aku minta di terapi?"

"Hehehe... Saya terapis wicara koq mas."

"Oh... Apa itu?"

"Terapis wicara itu membantu anak-anak berkebutuhan khusus untuk belajar berbicara. Baik itu anak-anak tuna wicara, tuna rungu ataupun anak-anak autis." 

"Oh... Begitu.... Oh iya, mas Al udah punya pacar?"

"Saya single mas, dan saya lagi menikmati kesendirian saya, hehehe..."

"Kalau saya lagi nyari pasangan mas. Boleh saya melakukan pedekate ke mas?"

"Hihihi... Mas ini ada-ada saja. Kita kan baru kenal?"

"Boleh tidak?"

"Kalau saya sih, saling mengenal satu sama lain. Kemudian kalau masalah rasa itu bisa timbul dengan sendirinya."

"Jadi boleh nih?"

"Uhmm... Saya punya prinsip tidak mau berhubungan dengan orang yang sudah menikah mas."

"Tapi saya tidak menikah."

"Iya sih... Uhmm... Kita lihat saja nanti mas :)"

Sebuah pernyataan yang tidak pasti, tapi aku merasa bahwa kemungkinan itu tetap ada, walaupun aku tidak tahu seberapa besar kemungkinan yang aku punyai. Tapi patut untuk dicoba. Komunikasi kami terus berjalan, dan aku rasa segala sesuatunya berjalan lancar. Komunikasiku dengan Ben juga masih berjalan, tapi kali ini lebih banyak aku bertanya mengenai Al.

"Kalau nanti saya main ke kota mas Al boleh kan?"

"Boleh lah mas... Saya kan bukan yang punya kota ini? Mas ada-ada saja"

"Maksud saya klo saya main ke sana mas Al mau nemenin saya jalan2?"

"Ya kalau pas libur dan tidak ada kerjaan tentu lah saya mau menemani mas jalan-jalan."

"Oh iya, anak saya ngajak ke sana buat ngeliat pertunjukan Sabtu nanti, mas mau nonton bareng bersama kami?"

"Waduh... Kalau Sabtu malam besok kayaknya nggak bisa deh mas, saya ada acara sama temen-temen."

"Gitu ya? Kalau hari Minggunya, bisa kita ketemu?"

"InsyaAllah bisa mas."

Sabtu siang aku berangkat ke kota S bersama anakku. Setelah putar-putar sebentar kami menemukan sebuah hotel kecil di dekat tempat acara berlangsung, lumayan lah tak perlu susah-susah nyari kendaraan kalau mau menuju ataupun pulang dari acara tersebut.

"Selamat bersenang-senang ya mas, maaf tidak bisa menemani :)"

Sebuah SMS dari Al yang datang sore harinya. Aku dan anakku memang bersenang-senang, tapi aku merasa ada yang kurang dan juga penasaran dengan yang namanya Alabaster ini.

Keesokan harinya, sekitar jam 9 pagi, sebuah SMS masuk.

"Saya sudah di lobby."

Aku langsung turun menuju lobby. Disana aku melihat seorang lelaki yang tengah asyik membaca majalah di sudut lobby. Aku dekati dan aku sapa.

"Mas Al? Saya Fin"

"Oh... Hi mas, maaf ya baru datang sekarang." Katanya ramah dengan senyuman tak henti mengembang di wajahnya.

"Gpp mas, oh iya tadi saya telpon Ben buat kesini ngobrol bareng, tapi kayaknya dia lagi sibuk tuh..."

"Hehehe..."

Aku pandangi dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki. Sebenarnya Al bukan termasuk lelaki yang tampan, namun entahlah... Ada sesuatu dari dirinya yang membuat orang jadi tertarik, atau bahkan jatuh cinta terhadapnya.

Kami pun segera bisa terlibat dalam percakapan. Sambil menikmati kopi yang aku pesan. Tengah asyik-asyiknya kami ngobrol, Cahaya turun dan menghampiri kami, kemudian berbisik ke telingaku, rupanya dia sudah bosan di hotel dan ingin jalan-jalan.

"Nanti kita jalan-jalan sayang. Kenalan sama teman bapa dulu gih..." Kataku kepada Cahaya

"Hallo adek... Namanya siapa?" Kata Al sambil tersenyum dan mengulurkan tangannya kearah Cahaya.

"Cahaya oom.." Kata anakku malu-malu.

Mereka pun kemudian terlibat percakapan basa-basi. Aku lihat Cahaya senang ngobrol dengan Al, dan demikian juga Al terlihat mudah akrab dengan Cahaya. Selang beberapa lama Cahaya kembali berbisik ketelinga ku dan kemudian dia kembali ke kamar.

"Uhmm... Boleh tanya sesuatu nggak mas? Tapi maaf sebelumnya klo menyinggung perasaan mas." Kata Al agak malu-malu.

"Boleh... Silahkan tanya aja mas."

"Mas kan udah punya anak. Nggak kepikiran untuk mencari istri lagi?" 

"Saya punya pengalaman tidak mengenakkan selama saya menikah, anak saya pun juga tidak menuntut saya untuk segera menikah, bahkan terkesan anak saya tidak mau untuk punya ibu baru."

"Mas sendiri juga pernah cerita punya kenalan buruk waktu pacaran sama cowok dulu. Kenapa sekarang malah nyari pasangan? Mas tidak takut gagal lagi?"

"Yang namanya hubungan kita tidak ada yang tahu mas, kekecewaan menurut saya bagian dari hidup. Saya pernah mengalami kekecewaan sebelumnya, dan saya rasa nantinya saya juga akan mengalami kekecewaan lainnya. Tapi bagi saya lebih baik menjalani sebuah hubungan yang saya enjoy daripada menjalani hubungan yang dipaksakan. Mas tau yang saya maksudkan?"

"Uhmm... Enggak..."

"Baik hubungan pacaran maupun pernikahan saya semuanya berakhir dengan kekecewaan, namun saya lebih menikmati masa pacaran saya dibandingkan ketika menikah dahulu."

Cukup lama kami terdiam, yang terdengar hanya alunan instrumental sayup-sayup dibelakang kami, dan kemudian.

"Maaf mas, saya mau pamit dulu, saya ada janji ketemu temen jam 11.30, sekarang sudah 11 tepat."

"Iya mas... Kapan-kapan kita sambung lagi obrolan kita yak?"

"Iyah... Ntar klo mas kesini bilang aja, ntar saya temenin jalan-jalannya :D"

Al menjabat tanganku, kulihat senyum lebar mengembang di wajahnya. Kami berpisah dengan masih meninggalkan sedikit basa-basi diantara kami.

Selama beberapa hari, aku disibukkan dengan pekerjaan dan kegiatan rumah, sehingga tidak sempat untuk berkomunikasi dengan Al. Ketika akhirnya kerjaan kelar, aku mencoba untuk menghubungi Al kembali, aku terkejut karena SMS yang aku kirim tidak sampai, demikian juga ketika aku hubungi nomornya sudah tidak lagi aktif.

"Ben, kamu masih sering berkomunikasi dengan Al tidak?" tanyaku pada Ben malam harinya.

"Enggak mas, Ben lagi sibuk dengan TA gak sempat ngapa-ngapain.  Emang kenapa mas?"

"Nomornya koq tidak aktif lagi ya?"

"Uhmm.... Kurang tau juga ya mas...."

"Kamu tau rumahnya kan? Mbok coba kamu main ke rumahnya tanyain kabar dia?"

"Itu... Kayaknya nggak bisa deh mas..."

"Nggak bisanya kenapa?"

"Uhmm... Saya sungkan aja sih..."

"Sungkan kenapa?"

"Nggak papa koq mas, uhmm... lagi pula saya nggak apal jalannya."

Tak jauh dari mereka, kalau saja mereka mau mencari tahu, mereka akan menemukan jawabannya


0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger