Selasa, 01 Januari 2013

It's Complicated(TM)

"The answer is no Stu." Kata Al perlahan.

"Mungkin... Kamu perlu waktu untuk mempertimbangkan aku Al?" Kataku sambil menatap mata Allison.

Allison menggelengkan kepalanya perlahan, kemudian berkata.
"You're a good friend Stu..."

Oh God... I don't have to hear the rest. Sebuah pembukaan yang bersifat memuji tapi aku tahu pada akhirnya merupakan sebuah penolakan. 3 bulan aku pelakukan pendekatan kepada Allison, membuktikan bahwa aku benar-benar menyayangi dan mencintaia dia bukan hanya sekedar nafsu. Well... there IS lust, but love comes first.

Dengan senyum kecut asam jawa ditambah ketek tidak mandi seminggu, aku pamit. Dengan lesu kutinggalkan rumah Stuart. Kupacu motorku perlahan. Haruskah aku menangis karena penolakan ini? Nggak!!! Aku nggak akan menangis hanya karena patah hati. Bagaimanapun juga aku seorang cowok. Lagipula malu kalau diliat orang ada cowok naik motor sambil nangis tersedu-sedu.

Di peremlatan lampu merah aku melihat pohon pohon beringin di pinggir jalan seakan-akan memanggilku. Ah... Haruskah aku menumpahkan semua uneg-uneg dan perasaan nyesek di dalam dada ini dengan menyanyi dan menari ala film India kesukaanku?

But damn!!! Aku gak bisa nari dan boro-boro nyanyi batuk aja fals :| Akhirnya aku urungkan niatku untuk menumpahkan uneg-uneg dengan ber India ria. Dalam perjalanan pulang sempat terpikir untuk mampir ke bar dan mabuk sampai teler. Tapi kemudian keinget kalau air dan listrik bulan ini belum dibayar. Setan! Kenapa dalam keadaan seperti sekarang akal sehatku masih saja bekerja dengan baik.

Aku memasuki rumah dengan lemas. Teringat kalau dari siang tadi aku belum makan apa-apa. Tadi rencananya aku makan malam dengan Allison, tapi dibatalkan dengan sendirinya setelah penolakan dari Allison. Aku tahu bahwa aku tidak akan bisa tidur malam ini. Aku harus menghabiskan energi emosi yang saat ini menguasai diriku. Setelah makan malam ala kadarnya (sebungkus mie instant duo dengan 2 butir telor ayam dan sosis serta camilan 2 kaleng kue sisa lebaran kemarin) aku mulai mengambil sapu, kubersihkan setiap sudut rumah, kubersihkan sarang laba-laba yang ada, mengepel lantai, mencuci semua pecah belah, mengelap dan memperbaiki perabotan, sempat terpikir untuk memperbaiki genting yang bocor tapi kepikir kalau hari sudah terlalu malam dan lagipula aku tidak punya tangga untuk naik ke atas. Dengan badan yang capek berat akhirnya aku tertidur dengan nyenyak.

Pagi harinya aku berangkat ke kantor dengan perasaan  galau masih menggelanyuti diriku. Tapi rupanya Tuhan bermurah hati. Dia tidak mengginginkanku untuk terlalu lama berlarut dalam kegalauan. Se sampai aku di kantor si Bos besar (well huge actually) sudah menyambutku dengan berbagai macam tugas. Target yang biasanya untuk satu bulan sekarang jadi seminggu, belum lagi tugas-tugas tambahan yang mengalir baik aliran Bengawan Solo yang membuat aku tidak sempat untuk memberi ruang bagai kegalauan hatiku di pikiranku. Dsn kemudian aku teringat bahwa bulan ini adalah peak bagi produksi dan sales perusahaan.

Selama sebulan ini aku disibukkan dengan pekerjaan dan pekerjaan. Hampir tidak ada waktu beristirahat. Kalaupun ada waktu untuk beristirahat maka  benar-benar aku gunakan untuk beristirahat. Terkadang hari Minggu pun masih ada pekerjaan yang harus aku selesaikan.

Hari minggu ini akhirnya aku terbebas dari pekerjaan. Setelah sempat mengancam si bos besar bakala  ngempesin badannya kalau aku masih saja diberi pekerjaan. Hari ini aku pengen benar-benar beristirahat dengan tenang. Sambil berbaring di kursi teras. Aku mengecek hapeku. Sebuah pesan singkat dan 254 missed call dari Allison ada di log history. Aku baca SMS Allison

"Sombong :("

Bener-bener sebuah pesan yang singkat ^_^;;

Aku hubungi nomor Allison.

"Pagi Al" Sapaku dengan nada riang.

"Pagi..." jawab Al dengan nada sendu.

"Kamu sakit?" Tanyaku dengan nada khawatir.

"Nggak... Nggak papa koq..." Jawab Allison dengan nada suara D Minor (kurang menyakinkan maksudnya)

Aku diam saja, menunggu Allison berbicara.

"Kamu sekarang sombong Stu..." kata Allison masih dengan nada suara sendu (sekarang ganti ke C Mayor)

"Sombong gimana maksudnya Al?" Tanyaku tidak mengerti.

"Sekarang kamu sudah tidak peduli lagi sama aku, tidak pernah main ke rumahku lagi, telepon bahkan SMS pun tidak pernah."

Aku bengong, setelah 5 jam 14 menit dan 59 detik kemudian aku berkata

"Maaf Al, akhir-akhir ini aku disibukkan dengan pekerjaan di kantor. Bahkan untuk beristirahatpun aku harus pintar-pintar bagi waktu."

Terdengar suara Al tengah menyusut hidung.

"Kenapa Stu... Kenap?" Tanya Al sambil tetap menyusut hidungnya.

Kenapa apaan dah? Aku nggak paham pertanyaan Allison, oleh karenanya aku diam saja, menungu kelanjutan pembicaraan Allison.

"Kenapa Stu... Kenapa dulu kamu tidak berusaha untuk memperjuangkan aku?" Tanya Al.

"Tapi Al, aku sudah berjuang. Selama tiga bulan kemarin mencoba membuktikan cintaku kepadamu. Dan ketika kau menolakku aku pun bertanya mungkin kau butuh waktu untuk berpikir. Tapi kau berkata tidak."

"Aku suka kamu Stu... Tapi aku mau kau berjuang lebih keras untuk mendapatkan diriku."

Kembali aku terdiam sambil mencari apa yang bisa aku kunyah karena kursi teras telah habis aku kunyah.

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger