Minggu, 27 Januari 2013

Cerita IV (Part I)

"Maaf ya Ray, nanti kita gak jadi makan siang bareng." Pesan yang aku kirim lewat WA untuk temanku Ryan.

"Kenapa?????" Jawab Ryan (dengan banyak tanda tanya dan emot manyun)

"Mas Al ngajak aku buat makan siang bareng. Kamu kan tahu kalau aku jarang bisa ketemu sama mas Al" Jawabku (tak lupa aku bubuhkan emoticon sedih)

"Cungguh? Enelan? Makan siang dimana?" Tanya Ryan.

Aku pun menyebutkan nama sebuah restoran terkenal di pinggir kota Solo.

"Great! Resto itu terkenal dengan Patin bakarnya, gue mau satu. Lu yang nraktir." Tulis Ryan (dengan emoticon nyengir tengil) dan gue gak bisa bilang tidak.

And here I am right now, keluar dari mobil mas Al berjalan memasuki restoran yang asri ini menuju ke salah satu gazebo di pojok restoran.

Tak berapa lama kami duduk, seorang pelayan restoran datang menghampiri kemudian menyodorkan menu.

"Dik Stuart mau pesan apa?" Tanya mas Al kepadaku.

"Mas Al apa?" Kataku balik bertanya.

Kami pun kemudian mendiskusikan makanan yang akan kami pesan.

"Uhmm... Kata temen bakwan jagung di sini enak, boleh pesan ya mas?" Kataku sambil tersenyum lebar.

"Boleh... Tapi jangan banyak-banyak ya..." kata mas Al tersenyum simpul melihatku.

Mas Al orang yang sangat menjaga pola makannya dan gorengan merupakan salah satu "musuh utamanya" tapi mas Al tidak pernah memaksaku untuk mengikuti gaya hidupnya, dia hanya mengingatkanku untuk tidak terlalu banyak mengkonsumsi makanan satu ini.

Sebelum pelayan pergi meninggalkan meja kami, aku membisikkan pesanan Ryan sambil meminta untuk memisahkan bill nya.

"Ada apa?" Tanya mas Al setelah pelayan pergi.

"Eh..  Nggak apa-apa koq mas..." jawabku

"Jatah Preman?" Tanya mas Al sambil tersenyum.

Mas Al sudsh tahu kalau aku dan Ryan berteman akrab dan aku juga sudah cerita mengenai sifat Ryan yang jahil dan suka iseng.

"Iya mas, sebenarnya rencananya aku dan Ray mau makan siang bareng..." kataku

"Wah... Berarti mas yang salah dong yah?" Kata mas Al.

"Enggak lah mas..."

"Yaudah klo gitu, mas yang tanggung jawab. Biar mas bayar pesenan Ryan."

"Jangan mas, aku gak mau ngerepotin mas Al." Kataku mencoba menolak permintaan mas Al.

"Please, allow me to do that for you." Kata mas Al sambil mengenggam tanganku kemudian meremasnya sambil matanya menatap mataku dan kemudian tersenyum.

Gue meleleh.

~~~~

"Jadi kamu sama mas Al blom pernah make love? Not even once" tanya Ryan sore itu, sewaktu dia main ke kost ku.

"Nope." Kataku sambil ngemil keripik singkong yang dibawa Ray.

"Kalau petting?" Tanya Ryan lagi.

"Hah? Apaan tuh?" Kataku.

"Lu beneran kagak tau?" Tanya Ray yang aku jawab dengan gelengan.

"Well... Petting itu kontak seksual tanpa penetrasi."

"Oh itu...  Blom pernah juga." Jawabku

"Tapi ciuman pernah dong?" Kata Ryan lagi, kali ini dengan mimik serius.

"Uhm... cipika cipiki di hitung ciuman gak?"

"Cipika cipiki kayak gini?" Kata Ryan sambil menempelkan pipinya ke pipiku.

"Hu uh." Kataku lagi.

"KAGAK!!!" Kata Ryan.

"Dih galak..." kataku

"Well... Mas Al sering pegang tanganku, meremasnya trus beberapa kali dia juga memijat pundakku." Kataku menambahkan

Ryan cuma pasang tampang bego ngeliat aku yang tengah meracau sendirian

"Sik bentar... Kalian jadian udah berapa lama? Stupid question I KNOW but just to make sure." Tanya Ryan

"Uhmm... Udah 6 bulan ini."

"OH EM JI...." kata Ryan dengan tampang shock.

"Kalau gue jadi elu udah kering kali Stu." Kata Ryan menambahkan

"Tabok ya..." kataku sambil melempar bantal ke arah Ryan yang ngakak kesenangan.

"Eh iya, si mas itu pacar pertama kamu kan yah?" Tanya Ryan lagi.

"Iye, lu udah tau ngapain nanya?" Jawabku dengan muka cemberut.

Well... Aku dan Ryan berteman sejak jaman kuliah dulu dan kami saling terbuka satu sama lain jadi sudah saling tahu sama tahu.

"Dan lu belum pernah melakukan "hal itu" sebelumnya" tanya Ryan lagi dengan cueknya.

"Iye" jawabku lagi (masih cemberut)

"Hmm... Lu udah mau 25 tahun dan lu belum pernah punya pengalaman seksual sama sekali." Kata Ryan ngomong sama diri sendiri.

"Harusnya kamu masuk museum rekor deh." Kata Ryan lagi sambil nyengir super tengil.

Dan gue cuman bisa cemberut ngeliatnya.

Aku dan Ray sudah deket sebagai temen, sudah bisa memahami karakteristik masing-masing, Ryan dengan becandaannya yang kasar dan sering kali menohok tidak pernah membuatku sakit hati. In fact karena dia lebih "expert" maka aku lebih banyak bertanya dan "belajar" dari Ryan.

"Kalau aku dulu pertama kali umur berapa ya?" Kata Ryan sambil mengingat-ingat.

"18? Atau 17 eh ndak ding kayaknya 16 deh." Kata Ryan lagi

"KAGAK MAU DENGER." Teriak gue sambil menutup kuping pake bantal.

Dan Ryan kembali ngakak ngeliat gue.

"Seriously yah Stu, have you ever thought of doing "something" sama si mas?" Tanya Ryan dengan serius.

"Ya pasti pernah lah Ray." Kataku dengan serius pula.

"Kalau dia minta kamu jadi batem? Kamu siap?" Tanya Ryan lagi.

Terdiam sejenak.

"Nggak tau ya Ray. Gue sayang sama mas Al, dia juga selalu baik serta sayang. But when it come to sex I'm absolutely have no idea." Kataku kemudian.

"Well... Kalau aku bilang ya Stu for your first time you better do it with the one you love, you do it because you want it, not because you force to do it. Yoh don't have to do it if you don't want it." Kata Ryan lagi.

Itu yang aku suka dari berteman dengan Ryan, dibalik sikapnya yang selengekan, becandaannya yang keterlaluan dan sering kali bikin keki. He truly is a good friend.

"Kalau gue dulu pertama kali sama siapa yah? Satpam sekolah? Bukan deh... Mas-mas tetangga sebelah? Bukan juga... Andrew pacar pertama gue?" Kata Ryan kembali ngomong sama diri sendiri

"RAY GILA!!!!!"

Kembali Ray ketawa ngakak

2 comments:

  1. Wi, senengnya kalo punya temen kayak Ryan hahaha :D

    BalasHapus
  2. @Fiandasius
    Yups he's such a good friend isn't he? :D

    BalasHapus

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger