Rabu, 28 November 2012

Menunggu

"Kau bilang kau akan menunggu."

"Iya... Tapi aku tak pernah bilang akan menunggumu untuk selamanya."

"Jadi... Sampai disini batas kesabaranmu?"

Kuhembuskan napas perlahan, kulihat wajahmu yang nampak murung dan manyun.

"Permasalahannya bukan sabar atau tidak sabar, akan tetapi ketidak pastian akan sikap kamu selama ini."

"Aku tak mau kehilangan kamu..."

"Siapa bilang aku akan pergi meninggalkanmu?"

"Tapi kau bilang..."

"Ya... Aku akan move on dari kamu, tapi bukan berarti kemudian kita berpisah dan putus komunikasi, kita akan tetap menjadi teman baik."

"Aku ingin... Kita lebih dari teman baik."

"Well... Kita bisa jadi saudara kalau begitu, aku akan menganggap kamu sebagai adik aku sendiri."

"Aku... Ingin kita lebih dari sekedar saudara."
"Lalu apa? Kekasih?"

"Tapi bukan pula seorang kekasih..." Katamu menambahkan dengan perlahan 

"Terus apa dong kalau begitu?"

"Entahlah... Aku tidak tahu..."

"Harus jelas dong maksud kamu apaan!" Kataku dengan tegas.

"Kamu terus memaksa aku, kamu nggak pernah mengerti aku." katamu sambil cemberut

"Bagaimana mungkin aku bisa memahami kamu kalau kamu sendiri tidak bisa memahami diri kamu sendiri? Sederhana saja, apa yang kamu inginkan dari hubungan kita, sebagai teman, saudara, atau sepasang kekasih?"

"Kamu terlalu mudah menyederhanakan segala sesuatu..."

"Yeah... Aku memang orang yang seperti itu, tetapi jika suatu hal itu sederhana, kenapa harus diperumit? Ada banyak hal yang harus kita hadapi dalam menjalani hidup ini, dan kalau kita suka memperumit masalah-masalah yang sederhana, kita akan menghadapi banyak permasalahan nantinya."

"Dan kamu orang yang cenderung memperumit hal-hal sederhana." kataku menambahkan.

Kau hanya terdiam tertunduk, entah apa yang ada di pikiranmu saat ini.

"Bagiku kau adalah seseorang yang menarik, aku menyayangimu. Sampai saat ini aku masih dan terus menyayangimu. Namun aku tidak bisa menjalani sebuah hubungan yang tidak jelas, seperti yang kita jalani saat ini."

Ku pandangi wajahmu yang masih tertunduk, dan kemudian kita terdiam, entah berapa lama.

Note:
Untuk A dan segala kekompleksitasannya 

2 comments:

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger