Home » Archives for November 2012
Rabu, 28 November 2012
Menunggu
Sabtu, 17 November 2012
Rindu
Rabu, 14 November 2012
No Title
Meninggalkan masa lalu
Menepis semua keraguan
Meyakinkan diri
Memantapkan diri
Tidak ada lagi penyesalan
Tidak ada lagi keraguan
I have choose my way
And I'm going to take any consequences that will involved
Senin, 12 November 2012
An Ode
Ku buka mataku
Dan kutemukan diriku berada di sebuah pantai
Dimana aku belum pernah berada di sini sebelumnya
Kesunyian menghampar di sekelilingku
Di kejauhan kulihat sesosok lelaki mendekat
"Akhirnya kau datang."
Katamu padaku dengan senyum mengembang di wajah.
"Dimanakah kita?"
Kataku dengan nada bertanya.
"Aku rasa tidaklah penting dimana kita berada yang penting kita bersama."
Katamu dengan dengan penuh haru.
Aku terdiam, bergeming menatapmu
"Bolehkah aku memelukmu?"
Tanyamu kemudian
"Tentu saja." kataku.
Kemudian kamu pun memelukku
Pelukan hangat penuh kerinduan
Seakan kau tak hendak lepas
Pun demikian juga dengan aku adanya.
"Bolehkah... Aku minta sebuah ciuman?"
Tanyamu dengan terbata-bata
"Tentu saja."
Kataku tersenyum sambil menatap matamu.
"Berjanjilah satu hal kepadaku." katamu
"Apa itu?"
"Jangan kau gigit bibirku." katamu malu-malu
Dan aku hanya tertawa
Note:
Untuk cinta dan sang pemilik cinta yang telah membolak-balik setiap hati para pecinta.
Jumat, 09 November 2012
Kebahagiaan
K"Tidak inginkah kau untuk bahagia seperti diriku?"
Tanya Daniel kepadaku. Daniel adalah teman semasa kuliah dulu, dan sekarang kami tengah duduk di kafe setelah secara tidak sengaja kami bertemu di mall.
"Maksud kamu gimana?" kataku balik bertanya.
"Well... Menikah, berkeluarga kemudian punya anak, keturunan kamu sendiri." katanya mantap.
Aku tersenyum dan menjawab.
"Percaya atau tidak, aku bahagia, aku bahagia dengan semua apa yang diberikan oleh Tuhan untuk ku. Aku juga bahagia dengan apa yang belum Tuhan berikan untukku."
"Tidakkah kau ingin ada seseorang yang menunggumu di rumah ketika kamu pulang kerja, seseorang yang menyiapkan pakaian dan segala keperluanmu sehari-hari?" katanya lagi.
"Itu isteri apa pembantu Dan?" aku hampir tak bisa menahan ketawaku.
"Setiap orang punya prinsip masing-masing, setiap orang menjalani jalannya sendiri-sendiri. Dan tidak ada yang sama antara satu dengan lainnya."
"Inilah jalanku, jalan yang aku tempuh. Jalan yang tidak sama dengan yang ditempuh oleh kebanyakan orang.
"Aku berterima kasih atas perhatian yang kamu berikan, tapi kamu juga harus menghormati prinsip hidup dan jalan hidup yang aku tempuh. Sama dengan aku menghormati jalan hidup yang kamu pilih."
Terdiam untuk beberapa lama, dan setelah meminum seteguk teh yang ada diatas meja aku menambahkan.
"Cowok yang ada di meja pojokan itu cakep yak? Aku lihat beberapa kali kamu mencuri pandang ke dia."
Selasa, 06 November 2012
Pertanda
"Tadi aku bertemu dengan seseorang, yang mirip denganmu..." katamu kepadaku.
"Oh ya?" kataku terkejut.
"Iya, ekspresi wajahnya juga mirip sama kamu. Oh iya, namanya juga mirip dengan kamu." katamu menambahkan.
Aku terdiam, mencoba membayangkan ada orang yang mirip denganku. Kemudian aku berkata
"Well... Itu mungkin aku..." Kataku dengan nada menggoda.
"Ih... Nggak mungkin..."
"Atau klo enggak itu orang yang aku suruh untuk menyamar." Kataku lagi sambil tetap menggoda mu.
"Kalau itu kamu, tadi kita ngobrol apa coba????"
"Uhm... Nggak tau..."
"Tadi tuh aku tanya, dia kerja udah berapa lama, udah nikah belum, anaknya ada berapa. Gitu..."
"Oh... Well... Munkin itu pertanda..." Kataku sambil tersenyum.
"Pertanda apa?" tanyamu.
"Menurut kamu pertanda apa?" Kataku sambil nyengir tengil.
Senin, 05 November 2012
Keretamu Datang Terlambat
Kulihat jam di dinding, masih ada 15 menit sebelum pukul 8 malam.
Kemudian kurasakan ponselku bergetar, kulihat sebuah pesan darimu, terkirim sekitar 45 menit yang lalu.
"Fin, keretanya molor, ntar nyampe sana telat."
"Gpp... Aku tunggu koq." balasan aku kirim.
Aku duduk di sudut stasiun kereta, kulihat banyak orang berlalu lalang.
"Ah... Aku lupa, sekarang malam Minggu." Kataku kepada diriku sendiri.
Kunikmati pemandangan yang ada, orang-orang dengan koper dan tas gedhe, kardus dan tas plastik berisi oleh-oleh siap untuk dibawa ke luar kota.
Dan beberapa orang sepertiku yang tengah menunggu.
Kulihat di pojok stasiun memainkan musik keroncong.
Menyanyikan lagu tentang cinta, lagu rindu dan lagu tentang sepasang kekasih.
Kepada ku kah mereka menyanyikan lagu-lagu itu?
Ah Fin... Tidak kah kau lihat begitu banyak pasangan kekasih disana.
Bukan kau saja yang menunggu dalam rindu.
Dan kau bukan satu-satunya orang yang tengah jatuh cinta.
15 menit lewatnya dari pukul 8 malam,
Dan kereta mu belum datang juga.
Aku mulai gelisah.
Aku berdiri dan bertanya kepada petugas tentang keretamu.
"Maaf mas, keretanya terlambat, harap sabar menunggu."
It jawaban yang aku terima.
Jawaban yang sudah aku ketahui dari tadi.
Jawaban yang tidak menjawab pertanyaanku.
Aku berjalan menuju pintu keluar.
Biarlah... Aku tunggu kau disana
Daripada aku tidak bisa tenang di kursi tunggu.
30 menit lebihnya dari pukul 8 malam
Akhirnya... Pengumuman mengenai kedatangan keretamu.
Keretamu pun berhenti
Satu demi satu penumpang keluar dari peron.
Namun tak kulihat dirimu diantara mereka.
Kembali ponselku bergetar.
"Aku ke kamar mandi dulu yak."
Ku baca pesan pendek darimu
5 menit, 10 menit, 15 menit lagi aku harus menunggu.
Dan kemudian dari peron
Keluarlah seorang lelaki berkaus hijau
Dia berjalan kearahkan dan tersenyum ketika kami bersitatap.
Dan aku hanya terdiam, memandang dia seperti orang bego.
"Fin aku takut."
Katanya ketika sudah berada di dekatku.
"Takut kenapa El?"
"Takut sama tatapan mata kamu yang tajam itu."
Kulihat dirimu menunduk.
"El... Maafkan aku... Aku tak bermaksud membuatku takut. Aku hanya tak percaya kau sekarang berada disini."
Kurengkuh dia dalam pelukanku, dan ku bisik kan,
"Aku kangen kamu..."
Note:
Versi pendek dari cerita ini pernah di posting di twitter.
Aku
Menunggumu
Lelaki Pemalu
Untuk memahami
Perasaanmu
Kepadaku
Minggu, 04 November 2012
VIP Room
"Pagi Fin...."
Dokter Elensar memasuki ruang VIP tempat Findarato dirawat selama seminggu ini.
"Selamat pagi dok." Jawab Findarato sambil tetap melihat tablet yang tengah di utak-atik.
"Tumben sendirian?" Katanya menambahkan."Iya, tadi suster aku suruh ke gudang obat. Udah ngerasa baikan yah?" Kata dr. Elensar sambil menyiapkan alat-alat periksa.
"Bosan dengan suasana rumah sakit, buka kerjaan dikit-dikit buat isi waktu luang." Kata Findarato sedikit manyun sambil meletakkan tabletnya.
dr. Elensar tersenyum penuh pengertian, kemudian berkata
"Yaudah... Periksa dulu yak?"
dr. Elensar duduk dipinggir tempat duduk, memasangkan alat pengukur tekanan darah di lengan Findarato.
Tiba-tiba Findarato memegang tangan dr. Elensar, menariknya dan kemudian mencium bibirnya.
dr. Elensar terkejut, dia menarik dirinya dan kemudian berkata.
"Jangan..."
"Kenapa? Aku tak boleh mencium kekasihku sendiri?" Kata Findarato tersenyum nakal.
"Ish... Jangan disini, ntar kalau ketahuan gimana?" jawab dr. Elensar.
"Habis aku kangen sekali sama kamu, seminggu itu waktu lama tauk..." kata Findarato dengan ekspresi manyun.
"Makanya cepet sembuh sayang...." kata dr. Elensar sambil membungkuk dan mencium bibir Findarato, dan kemudian berbisik.
"Dan kita bisa melakukan apapun yang kita mau, lebih dari sekedar ciuman." katanya sambil tersenyum nakal.
Note:
Untuk dokter yang punya lovely smile, cemungudh eaaap.... \(^O^)/
Sabtu, 03 November 2012
6 Tahun Kemudian
Akhirnya... Tiba juga hari minggu. Setelah seminggu penuh berkutat dengan pekerjaan, seharian ini aku bisa beristirahat dengan santai tanpa gangguan apapun.
Seperti biasa Minggu pagi aku habiskan berolah raga di CFD, bagiku olah raga sangat perlu terlebih mengingat umurku kegiatanku sebagai guru yang menyita waktu.
Puas berolah raga dan berbelanja, aku pulang ke rumah, dalam perjalananku ke rumah aku bertemu dengan seorang pemuda yang menyapaku.
"Good Morning Mr. Danie, still remember me?"
Kuperhatikan wajahnya baik-baik, wajah seorang pemuda dengan senyum lebar diwajahnya, perawakan sedang agak gempal dan cukup tinggi.
"Your face look familiar, but I'm not quite remember your name..."
"I'm Joni Mr. Danie, your favorite student." Katanya sambil nyengir.
"Joni... Wow... Long time no see... I almost didn't recognize you." Kataku sambil memandangnya dari atas sampai bawah.
"And what makes you remember me?" Tanya Joni.
"Definately your smile, it's difficult to forget your smile."
Joni tampak tersipu mendengar jawabanku.
"Listen... Rumah saya sudah dekat dari sini, mau mampir sejenak? Agar kita bisa ngobrol dengan nyaman?" tawarku.
"Sure..." Dengan tegas Joni menjawab pertanyaanku.
Kami berjalan menuju ke rumahku. Sesampai di rumah.
"Please have a sit. Mau minum apa Jon?"
"Coffee please..." Jawab Joni sambil tersenyum.
"Wait a moment."
Aku pun kemudian ke belakang membuat dua cangkir kopi, tak lupa kue yang tadi aku beli aku taruh di piring yang kemudian aku bawa ke depan.
"Maaf yak seadanya, saya tinggal sendirian dan simbok saya beri libur hari minggu." Kataku berbasa-basi.
"Gak apa-apa Mr. Danie, maaf saya jadi merepotkan." kata Joni.
"So... What are you doing in CFD Joni?"
"I'm drawing." kata Joni sambil tersenyum.
"Really? May I see your drawing? I would love to see it."
"Sure..." Kata Joni. Kemdian dia mengeluarkan buku sketsa dari tas yang dia bawa dan mengulurkannya padaku.
Aku pun membuka-buka buku sketsa tersebut. Di sana tergambar suasana CFD.
"You're good... You should keep drawing"
Pujiku sambil terus membuka halaman buku sketsa tersebut.
"Thank you Mr. Danie."
"Kamu ada minat untuk masuk fakultas seni?"
"Nope... Tahun ajaran depan saya masuk fakultas Psikologi." Katanya sambil menyatakan bahwa dia diterima di Universitas terkemuka di kota kami.
Ada sekitar 6 gambar disana, kalau aku perhatikan di setiap gambar ada satu orang sama, dan di halaman ke-6 aku lihat sesosok wajah yang sangat mirip.denganku.
"Is this me?" tanyaku tidak percaya.
"Yes it is..." Jawab Joni "Mr. Danie adalah objek drawing yang luar biasa." katanya menambahkan sambil tersenyum lebar.
Aku hanya terdiam sambil memandang wajahnya.
"Mr. Danie saya ingat persis apa yang Mr. Danie katakan ketika saya kelas 7 dulu. Dan selama 6 tahun ini saya mencoba untuk mempelajari dan memahami mengenai berbagai macam emosi yang ada pada manusia. Oleh karena itulah saya memutuskan untuk masuk fakultas psikologi."
Terdiam sejenak, Joni kemudian mengambil sebuah box kertas dari tasnya.
"Mr. Dani saya menguasai betul akan hal itu, tapi saya sudah tahu dan mengerti akan perasaan saya sendiri. Maukah Mr. Danie membantu saya untuk memahami akan hal itu?"
Kata Joni sambil membuka box tersebut dan meletakkannya di depanku, dan didalamnya terdapat coklat berbentuk hati yang bertuliskan "Joni ♥ Mr. Danie"
Aku terdiam sejenak, dan kemudian berkata,
"Joni, aku tak mungkin menghabiskan coklat ini sendirian karena terlalu banyak. Maukah kau menghabiskannya bersamaku?"
Kataku sambil mencuil coklat itu dan mengulurkan coklat ke Joni.
Joni tersenyum dan kemudian berkata,
"Sure Mr. Danie..."
Note:
Cerita tentang Joni dan Mr. Danie sebenarnya tidak saya rencanakan untuk 2 bagian, namun ketika ngobrol dengan Y, kelanjutan dari cerita (Bukan) Janji Joni muncul di kepala ku. So Y, cerita ini untuk kamu. Don't you wish this happen to you?
*nyengir tengil sebelum di kepruk Y"
Jumat, 02 November 2012
Reuni
Huft... aku menghela napas panjang ketika melihat tanggal yang aku lingkari dengan tinta merah.
"Sehari lagi..." kataku perlahan.
Yah... Seminggu lagi acara reuni yang diadakan oleh teman-teman seangkatan waktu kuliah dulu. Jauh-jauh hari teman-teman sudah ribut membicarakan hal ini di grup FB and thank goodness karena aku bukan pengguna BB jd tidak perlu juga mendengar kehebohan teman-teman di grup BBM. Aku paling males ikutan reuni angkatan, mengingat pengalaman reuni 5 tahun lalu yang yah... Mengecewakan konsep acara yang entah apa namannya.
Namun apa daya bahkan ketua panitia nya sampai bela-belaian nge DM lewat twitter (dia tau kalau aku udah jarang OL FB dan lebih sering twitteran)
"Ayo dong Fin, kamu kan udah lama gak ikutan kumpul, temen-temen pada kangen lho sama kamu..."
Damn! Tau aja klo aku gak tegaan.
"Emang acaranya kayak gimana?" kataku.
"Cuman ngumpul biasa aja koq, santai ngobrol-ngobrol sama temen lama. Dateng yak?"
"Insya Allah aku usahain." jawabku lagi, dengan harapan pas hari H aku ada acara entah di rumah ataupun tugas mendadak dari kantor seperti biasanya.
Namun sayang, sampai hari H semua berjalan lancar, tak ada pula tugas mendadak dari pak bos.
Sengaja aku datang terlambat di tempat acara reuni, 30 menit lebihnya dari waktu yang ditentukan. Tapi seperti yang sudah aku duga acara belum dimulai, bahkan yang baru datang hanya segian dari panitia kegiatan.
Acara dimulai satu jam dari rencana semula, dan seperti yang disampaikan acaranya santai ngobrol sambil makan.
Basa-basi sama temen-temen menjawab pertanyaan mereka
"Mana istri kamu Fin?"
"Isteri dan anak kamu mana?"
Dan pertanyaan-pertanyaan serupa yang aku jawab,
"Doakan saja yak?" dengan senyum mengembang lebar.
Ketika tengah ngobrol, dari arah pintu masuk terdengar suara riang.
"Maaf yak, aku terlambat, tadi kena macet di jalan."
Ah... Suara yang sangat aku kenal, suara yang tak pernah aku lupakan, suara yang aku rindu sampai saat ini. Secara otomatis aku palingkan ke arah datangnya suara, dan persis seperti yang aku harapkan disanalah kau berdiri, masih sama seperti yang aku ingat, senyum yang mengembang lebar, mata yang menyipit karena tertutup oleh senyummu. Tak banyak yang berubah dari dirimu, hanya sedikit tambah chubby di pipimu.
Kaupun melihat padaku, dan senyummu tambah lebar. Sambil berbasa-basi dengan yang lain mendekat padaku.
"Hi apa kabar..." katamu sambil mengulurkan tangan.
"Baik..." jawabku dengan agak tercekat. Ku sambut uluran tanganmu. Masih sehangat yang aku ingat dulu.
Untuk sesaat kita terdiam, ku pandangi dirimu dari atas sampai bawah. Dan kemudian kulihat jari manis tangan kananmu. Kulihat sebentuk cincin perak polos, tanpa ukiran dan juga mata. Cincin yang sama dan identik dengan cincin yang aku kenakan di jari manis tangan kananku.
Aku memandang wajahmu dengan tanya, dan kau balik menatap mataku sambil tersenyum, sebuah jawaban tanpa kata darimu.
"Ramai juga yah disini." katamu kemudian memecahkan keheningan.
"Iya..." jawabku sambil tersenyum.
"Agak kurang nyaman buat ngobrol. Ada waktu buat kita ngobrol santai berdua setelah ini?" Tanyamu.
"Sure... I'm free today." jawabku dengan penuh senyum.
Dan kamipun kemudian membaur dengan teman-teman yang lain.
For my college crush :">
Kamis, 01 November 2012
Unconditional Love
"Aku sayang padamu..." Kataku sambil memandang lembut wajahmu yang tengah menunduk.
Kau terdiam, kemudian mengangkat wajahmu, kemudian berkata,
"Banyak hal yang belum kau ketahui tentang aku."
"Well... Cukup apa yang telah aku ketahui tentang kamu, dan banyak waktu untukku lebih mengenalmu."
Kau menatap mataku dengan pandangan sayu,
"Well... It's never gonna be easy for you isn't?"
"Aku sayang kamu, dan aku akan berjuang untukmu."
"Hufth..." Kau menghela napas, dan kemudian berkata.
"Pernah dengar ODHA?"
"Sure... Orang Dengan HIV Aids, kenapa emangnya?" Kataku dengan santai.
Kembali dia menatap mataku, kali ini dengan tatapan tajam, kemudian berkata.
"Aku orang dengan status HIV positif."
Sebuah kalimat pendek yang diucapkan dengan penuh kemantapan. Awalnya aku sempat mengira kamu bercanda, namun mendengar suara dan melihat tatapan matamu, aku tersadar kau tidak becanda. Aku terdiam sejenak, kemudian berkata,
"So....?"
"Kau tidak takut?" Kau bertanya.
"Apa yang harus ditakutkan?"
"Kau tidak takut tertular?"
"Well... Ada banyak cara yang bisa kita lakukan agar tidak tertular."
"Like what?"
"Tidak melakukan hubungan seks misalnya...."
Kulihat wajahmu terlihat murung ketika aku mengatakan hal tersebut.
"Atau... Kita bisa menggunakan pengaman." kataku cepat-cepat menambahkan.
"Kondom tidak bisa benar-benar menjadi pengaman." Katamu dengan sedih.
"Aku takut menularkan virus ini kepadamu." Katamu menambahkan setelah terdiam agak lama.
"Itu sebuah konsekuensi yang harus aku ambil karena mencintaimu." katamu dengan tulus.
"Tidak... Konsekuensinya terlalu berat, dan kau tak seharusnya menanggung konsekuensi tersebut."
"Aku mencintaimu dan akan aku terima konsekuensi apapun yang harus aku hadapi." Kataku dengan tegas.
Kau terdiam, setetes air mata menetes di pipimu, diikuti oleh tetesan air mata yang lain. Namun kau tetap bergeming, tidak bergerak sedikitpun.
<i>Untuk V dan para pejuang HIV/AIDS lainnya, at least this is what I can do.</i>