Kamis, 23 Agustus 2012

Cerita Kedua (III)

Gue seneng dan puas, presentasi-presentasi di hari kedua berjalan dengan lancar, gue yakin bakal banyak deal dengan klien-klien perusahaan. Dan semuanya tidak lepas dari bantuan si Robby, anak kecil ini ternyata bisa diandalkan. 


Kelar presentasi, kami masih punya banyak waktu. Selesai mandi dan berganti pakaian, kami berjalan-jalan menelusuri kota S. Robby kembali menjadi dirinya sendiri, seorang mahasiswa kuliahan dengan menggenakan T-Shirt warna cerah dan celana jeans.

Sepanjang perjalanan dia kelihatan senang sekali dan kami sudah seperti kakak beradik. Sekali algi aku dikagumkan oleh Robby, dia menunjukkan tempat-tempat menarik untuk dikunjungi, tempat makan maupun tempat nyaman untuk menikmati kopi sambil menikmati pemandangan orang berlalu lalang.

Sekitar pukul 10 malam kami sudah kembali ke hotel, dengan perut kenyang dan bertas-tas penuh dengan berbagai macam oleh-oleh baik pesanan keluarga Robby maupun untuk teman-teman kantor. Sambil ketawa-ketawa kami menuju lobby untuk meminta kunci kamar kami. Baru beberapa langkah meninggalkan lobby, mendadak Robby berkata.

"Mas... Bisa agak cepat nggak?"

"Kenapa emangnya?"

"Uhmm... Saya sudah tidak tahan mas... kebelet pengen kencing."

Gue nyengir ngeliat tampang si Robby yang memelas.

"Kenapa nggak tadi-tadi?"

"Yah... Kebeletnya baru sekarang mas..."

"Lu kan bisa pake kamar mandi di lobby."

"Aduh mas... klo di kamar mandi umum saya suka nggak nyaman..."

Sengaja gue jalan pelan-pelan untuk nge goda si Robby. Dan ketika gue membuka pintu kamar, terlintas sebuah pikiran.

"Ntar dulu... Gue juga mau ke kamar mandi."

"Yah mas... Saya dulu dong, sudah nggak tahan nih."

"Kagak bisa, gue duluan..."

Kami berdua pun tarik-tarikan kayak anak kecil, sambil nyengir gue nggak mau kalah, sementara si Robby yang udah kebelet tingkat dewa juga nggak mau kalah. Saking semangatnya kami sampai terjerembab ke atas kasur. Kami berdua ketawa ngakak karena kebodohan yang baru saja kami lakukan bersama.


Gue lihat Robby yang berbaring disamping gue ketawa sambil menahan perutnya.

"Ketawa lu, nggak jadi ke kamar mandi?"

"Bentar mas... Hahahaha.... Perut saya sakit.... Hahaha...."

"Jyaaah... kenapa kita kayak anak kecil gini sik?"

Kataku sambil ngeliat tajam si Robby yang tengah terbaring. Jarak antara kami hanya beberapa senti. Mendadak Robby berhenti tertawa, terdiam menatapku dan kemudian tiba-tiba mencium bibirku.

Aku yakin tidak ada yang mabuk diantara kami malam itu, kami berdua sama-sama sadar sesadar-sadarnya akan yang terjadi di sekeliling kami. Berawal dari ciuman kecil tersebut, terjadilah apa yang harus terjadi.

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger