Jumat, 03 Agustus 2012

Cerita Kedua (I)

Gue pikir setelah semua yang lu lakukan ke gue, gue bakalan hancur. Gue ngerasa sial bener nasib gue, punya pacar banci bajingan. Selama beberapa hari gue kutuk diri gue sendiri atas kebodohan gue yang mengira elu orang baik-baik. DAMN!!!! Gue buang semua jejak lu dari rumah gue, gue hapus lagu-lagu favorit lu dari playlist gue. Semuanya tak tersisa sedikitpun, namun rasa penyesalan dan sakit hati tak bisa hilang semudah aku membuang semua barang-barang yang mengingatkan gue sama dia.

Sampai suatu saat, gue menyadari satu gak bener kalau terus-terusan gini, hidup gue maju kedepan, dan yang sudah terjadi gak bisa menghambat gue untuk hidup. Akhirnya gue bilang.

“Tuhan, aku mau melanjutkan hidupku. Aku tak mau apa yang telah terjadi padaku menjadi penghambatku dan aku tak mau mengingatnya lagi.”

Tuhan begitu baik ke gue Dia mendengar dan mengabulkan doa gue. Awal bulan ini banyak job masuk ke kantor dam kerjaan terbanyak masuk ke devisi gue. Hanya ada 2 staff di devisi ini, sehingga kerjaan bejibun tersebut harus kami kerjakan bertiga. Kesibukan cukup menguras pikiran dan tenaga gue, tak menyisakan sedikitpun waktu untuk meranggas dan merana karena masa lalu.

Baru beberapa hari berjalan, tiba-tiba menjelang makan siang, ada panggilan dari HRD, ternyata pemberitahuan akan mahasiswa magang yang akan masuk ke devisi gue.

“Tidak bisa! Devisi kami lagi hectic dengan kerjaan bejibun, kalau ada orang tolol yang masuk, yang ada nanti kerjaan jadi berantakan.”

“Mahasiswa yang ini beda mas, dia bukan mahasiswa titipan yang tidak bisa apa-apa. Track record dia bagus referensi dia pun juga meyakinkan.”

“OK… Kalau gitu, saya beri waktu seminggu, kalau dalam waktu seminggu dia tidak bisa bekerja dan menghambat kerja devisi kami, saya minta dia untuk ditendang dari sini.”

Gue dikenal sebagai orang yang tegas, bahkan berangasan oleh teman-teman kantor. Namun keberangasan gue ada alasannya, dan mereka memahami hal itu.

Keesokan harinya seorang lelaki yang masih ingusan menghadap. Gue interogasi sambil membaca CV dia.

“Nama kamu siapa?”

“Robby, pak”

“Jangan panggil gue pak, gue bukan bapak lu, gue juga gak kawin sama Emak lu.”

“Maaf… Mas…” Kata Robby sedikit terbata, namun tertap terlihat tenang walaupun gue bentak.

“Gue udah baca CV lu, dan gue gak akan nanya banyak hal ke elu. Gue dan semua yang ada di divisi ini tidak akan mempersulit lu. Lu punya waktu seminggu untuk membuktikan kalau lu bisa bekerja. Kalau dalam waktu seminggu lu malah menghambat kerja kami, maka lu keluar dari sini, paham?”

“Paham mas…”

Dan Robby berhasil menjawab tantangan gue. Dengan sedikit arahan dari rekan-rekan se devisi dia sudah bisa membantu kerjaan kami. Dia juga cukup sering bertanya, namun bukan pertanyaan-pertanyaan bodoh orang yang tidak paham namun pertanyaan-pertanyaan cerdas yang berhubungan dengan kerjaan. Kami cukup terbantu dengan adanya Robby di devisi kami.

Karena banyaknya kerjaan, tak jarang kami harus lembur sampai malam dan sering juga kami terpaksa harus makan catering/ delivery. Dengan penampilannya yang tidak sok ala anak muda jaman sekarang serta ketrampilannya dalam bekerja membuat Robby jadi mudah akrab dengan rekan-rekan se devisi, termasuk juga dengan gue. Gue memang berangasan, namun gue bukan tipe orang yang suka menjaga jarak dengan staff. Makan bareng di kantor di meja yang sama dengan menu yang sama pula sudah sangat sering kami lakukan sebelum Robby magang di devisi kami. Tak jarang kami makan di luar bersama, atapun melepas lelah dengan berkaraoke ataupun main bowling.

Sebulan lebih Robby magang di tempat kami, dan gue udah lupa dengan kesialan gue, ingatan gue akan bajingan tengik itu sudah menguap, bahkan saat-saat sebelum tidur pun tak terlintas sedikitpun ingatan akan dia.

Hari ini gue dipanggil direksi, pemberitahuan bahwa gue harus dinas ke luar kota untuk beberapa hari dan gue bisa membawa salah satu staff satu devisi.  Sewaktu gue tawarkan siapa yang mau ikut, sayangnya tidak ada satupun yang bisa, karena kesibukan devisi kami. Akhirnya gue berniat untuk berangkat sendiri, namun pertimbangan dari HRD karena banyaknya berkas dan segala macam tetek bengek yang harus gue persiapkan untuk presentasi serta meeting dengan klien gue diminta untuk mengajak Robby.

Hari pertama sampai di kota S, kami berdua hanya sempat beristirahat sejenak tak lebih dari 1 jam, hanya sempat meletakkan barang dan kemudian mempersiapkan diri untuk meeting dengan klien. Kurang lebih 4 jam kami meeting dengan klien. Gue bersyukur mengajak Robby, dia seperti tangan gue, apa yang gue butuhkan untuk presentasi sudah dia siapkan dengan baik.

Selesai meeting kami berdua mampir di coffee shop hotel, beristirahat sambil menikmati pemadangan kota S di sore hari.

“Selamat atas presentasinya tadi mas, saya terkesan dengan presentasi dan saya lihat demikian juga dengan klien kita.”

“Terima kasih untuk bantuan lu Rob, jika tidak lu bantu, presentasi gue gak bakal sebagus tadi.”

Tengah asyik ngobrol, tiba-tiba terdengar nada BBM masuk dari BB Robby.

“Maaf mas, saya cek BBM dulu.”

“Rileks Rob, kita sekarang lagi santai koq.”

Selama beberapa saat Robby mengotak-atik BBnya, gue lihat sekilas wajahnya terlihat ceria, senyum tersungging di wajahnya.

“Maaf mas, tadi dari mama, nanyain kabar.”

“Lu salah apa sampai harus minta maaf?”

“Saya tau mas tidak suka klo teman bicara mas asyik dengan gadgetnya.”

“Well… Itu klo situasi resmi Rob, sekarang kita kan lagi santai.”

“Iya mas… Tadi mama kirim salam buat mas.”

“Hmmm… Anak mama rupanya kau ini?”

Robby hanya tersenyum tak menjawab pertanyaan gue.

“Gak ada salam dari cewek elu?”

Damn!!! Ngapain juga gue nanyain pertanyaan tolol kayak gitu?

“Saya tidak punya pacar koq mas.”

Tanggung sekalian aja gue tanyaan pertanyaan tolol lainnya,

“Klo cowok kamu gimana?”

Wajah Robby semakin memerah, persis seperti kepiting rebus, makanan favorit gue.

2 comments:

  1. wew pertanyaan straight to the point!! he he he... i love it! ga sabar nunggu lanjutannya :)

    BalasHapus
  2. @Farrel
    Doakan semuanya lancar ya mas :D

    BalasHapus

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger