Jumat, 24 Agustus 2012

Cerita Kedua - Epilog 2 (Elensar)

DAMN!!!! Gue kutuk diri gue sendiri. Gue bukan anak bau kencur, gue bukan abege yang baru pertama kali merasakan ciuman. Tapi ciuman yang diberikan Robby membuat gue terpana. Pun ketika gue balas mencium bibir si Robby, bukan dengan ciuman ganas dan penuh nafsu, tapi dengan penuh kelembutan, ingin kurasakan bibir itu  bukan hanya memakannya tapi juga menikmatinya.

Menciumnya sambil menatap matanya, menyaksikannya meleleh dan pasrah. Gue mau we make love, not just have sex. Dan Robby sangat... kooperatif. Gue yang memegang kendali atas pemainan kami and he follow my lead. Seperti terhubung oleh telepati, gue tak perlu susah payah mengkoordinir Robby agar mengikuti kemauan gue. Everything just happen.... ging with the flow.
Tanpa dikasih tahu gue udah ngerti kalau malam itu kali pertama kali bagi Robby. I'm the one who took his cherry. Tapi tak terlihat rasa takut atau ngeri, tak juga dia teriak ketika kami bersatu. Dia hanya merintih.... kenikmatan.

Rasanya sangat menyenangkan, ketika kami bersatu, meraba dan mencumbu bagian-bagian sensitif tubuhnya, menikmati semuanya bersama-sama, sampai kami mencapai puncak orgasme secara bersama-sama pula. 

Bukan pertama kalinya gue berhubungan intim, tapi dari sekian banyak yang pernah gue jalani, kali ini rasanya beda. Rasa yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. It's just different, and it feels so f*cking good, bahkan jika dibandingkan dengan mantan pacar gue dulu.

Dan ketika semuanya usai, gue rengkuh Robby yang terbaring lemas, gue biarkan dia berbaring di dada gue. Dan Robby mendongak sambil berkata,

"Bau mas El enak..."

Gue hanya ketawa, mengusap rambutnya dan mencium keningnya. Gue biarkan dia tidur di dada gue. Malam itu gue gak tidur. Gue kutuk diri gue sendiri.

What is wrong with me? He ain't my first, it could be just a casual sex, one night stand, or even a mistake. Bisa jadi besok kita berpisah dan berpura-pura ataupun menganggap apa yang terjadi malam ini bukan sesuatu yang luar biasa.

Tapi kenapa hatiku berkata lain? Kenapa ada sebuah rasa yang muncul, yang belum pernah aku rasakan sebelumnya? Gue lihat wajah Robby yang tertidur seperti banyi, Robby bukan seorang cowok yang seganteng model, namun wajahnya juga tidak lah jelek.

Gue lihat tubuhnya yang tidak tertutup selembar benangpun, again... nothing special in him, physically. Tapi kenapa rasa ini muncul? Apa yang memicu timbulnya perasaan ini? Gue terlalu sibuk dengan pikiran gue, sampai gue tidak sadar pagi pun menjelang dan gue semalaman sama sekali tidak tidur.

Robby terbangun, sambil tersenyum malu dia menyapaku.

"Selamat pagi mas..."

Gue terdiam, tak menjawab hanya menatapnya. Robby pun terdiam, salah tingkah dan tidak tahu harus ngapain, dia hanya tertunduk sambil masih berbaring di dadaku. Gue elus kepalanya perlahan.

"Robby...." Kata gue sambil mengangkat dagu Robby

"Ya mas?" Jawab Robby.

"Maukah kau jadi kekasihku?"

Wajah Robby kembali memerah, jauh lebih merah dibanding ketika gue goda soal pacar kemarin. Senyum kecil tersimpul diwajahnya.

"Mas... Aku sudah menjadi kekasih mas, sejak mas mencium saya semalam. Saya milik mas seutuhnya."

Gue ubah posisi, kali ini gue diatas. Gue cium bibir Robby dan kami kembali bercinta, kali ini sebagai sepasang kekasih.

~~"~~

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger