Minggu, 19 Februari 2012

Sunday At Gramed


Sebenarnya aku tipe orang rumahan, tidak terlalu suka pergi jalan-jalan, mengamall  ataupun nongkrong. Terlebih setelah lulus kuliah, mulai bekerja, dan teman-teman sudah mulai banyak yang menikah. Semakin berkurang teman untuk jalan bareng, semakin malas pula untuk jalan-jalan.

Teman-teman PLU? Well… Kebanyakan teman PLU (99%, bahkan dulu 100%) adalah teman dunia maya. Jadi hanya ketemu lewat chat di YM atau email. Kebetulan saya sendiri membatasi diri untuk berteman dengan sesama PLU yang sedaerah. Orangnya parnoan sih, hehehe…

Dulu ketika hari Sabtu dan Minggu tiba, persiapanku adalah persiapan untuk bersih-bersih rumah, nyuci baju, atau mikir mau masak apa buat hari minggu. Namun sejak kenal Neo, ngobrol lewat SMS apalagi setelah ketemuan pertama dan ternyata Nampak sifat-sifat dia yang bersahabat. Aku jadi merasa nyaman jalan bareng dengan dia. Sekedar wedangan, ke CFD, ataupun ke tempat lain.

Sabtu kemarin, seperti biasa aku dan Neo ngobrol lewat SMS.

“Neo, ntar malam ada acara gak? Klo gak ada, kita wedangan bareng yuk?”

 “Maaf mas malam ini Neo tidak bisa. Ada banyak tugas kampus yang harus segera diselesaikan.”

“OK deh, selamat mengerjakan tugas yak.”

Hmm… Koq rasanya kecewa ya? Padahal dulu-dulu gak ada acara di malam Minggu santai saja. Akhirnya saya habiskan malam Minggu dengan kegiatan lama ku nonton TV sambil chat dengan temen-temen di YM.

Keesokan harinya, sambil mencuci, aku kembali SMS Neo.

“Pagi Neo, apa kabar? Udah selesai tugasnya?”

“Kabar baik mas, Alhamdulillah udah selesai. Lagi apa nih?”

“Biasa lah jadi babu di hari minggu :p Eh ada acara gak? Di Gramed lagi ada diskonan, kita kesana yuk, baca-baca buku gratis.”

“Boleh… Agak siangan ya, Neo mau siap2 dulu.”

Kita janjian ketemu di Gramed Slamet Riyadi siangnya. Dan ternyata, penuh banget dengan orang-orang (yang entah berbelanja ataupun sekedar liat-liat seperti kami :D). Kami bertemu di bagian stationary.

“Kita lihat bagian diskonan buku yuk?”

“Ayuk…”

Ketika berjalan menuju ke bagian buku-buku diskon.

“Eh mas, tadi kayaknya Neo liat temen Neo deh, PLU juga, tapi dia lagi sama isterinya, sungkan kalau mau menyapa.”

“Oh ya? Yang mana?”

“Ntar klo kita lewat deket dia Neo liatin. Neo mau SMS dia ah…”

Tak berapa lama setelah Neo mengirim SMS, tiba-tiba senyum-senyum sendiri.

“Kenapa Neo?”

“Nih liat, temen Neo SMS, dia bilang “Sama siapa tuh, BFnya ya?”

“Hahaha… Bisa aja, trus kamu jawab apa?”

“Nih baru mau Neo jawab.”

Ternyata kali ini banyak buku yang didiskon, tidak hanya satu jenis saja. Namun seperti biasa buku yang di diskon adalah buku-buku lama dan (hampir semuanya) bukan best seller. Ketika sampai di area buku fiksi, mataku tertumbuk pada satu buku.

“Wah… aku suka sama pengarang buku ini, beli ah…”

“Buku apa mas?”

“Bukunya NH Dini, aku dulu waktu SMA suka buku karangan dia. Bahasanya dan alurnya sederhana, mudah untuk dipahami dan menyenangkan untuk dibaca. Neo beli buku apa?”

“Belum nemu nih mas, kita ke bagian buku anak-anak yuk. Neo mau nyari buku untuk adik Neo, siapa tau ada.”

Namun sayangnya, buku yang Neo cari tidak ada. Kami pun pindah ke bagian buku-buku kesehatan, alasannya sederhana, pengen ngadem.

“Ada buku yang menarik nih.” Aku bilang ke Neo

“Buku apaan mas?”

“Nih…” Aku liatin buku yang aku pegang, buku tentang kesehatan reproduksi pria.

“Jyaaah… Buku gituan dibaca.”

“Yee… Jangan salah, kita juga harus tau lho.”

Akupun asyik membaca buku tersebut, saking asyiknya sampai duduk bersila di lantai (yang untungnya berkarpet). Neo yang tadinya agak-agak menjauh (malu kali ya?) akhirnya ikut mendekat.

“Mas, gpp nih kita duduk dilantai kayak gini?”

“Gpp lah, emang kenapa?”

“Ntar gak ditegur sama yang jaga?”

“Buktinya juga enggak kan?”

“Mas gak malu?”

“Buat apa malu? Aku kan gak mencuri?”

“Iya ya, hehehe…”

Selesai membaca buku tersebut (which I don’t buy), kami ke kasir untuk membayar buku NH Dini yang aku ambil tadi.

“Mau kemana nih kita sekarang?”

“Neo lapar nih. Kita makan yuk?”

“OK… Neo pengen makan apa?”

“Neo lagi pengen bakso, mas tau warung bakso di dekat sini?”

“Oh ada… Kita jalan kaki aja ya? Deket koq.”

Seingatku ada warung bakso di dekat Toserba Luwes, sekitar 2 – 3 ruko di selatan. Sayangnya, sampai disana, ternyata warungnya sudah pindah lebih ke selatan lagi. Jadi terpaksa kami harus berjalan lebih jauh.

Sampai di tempat yang dituju dan memesan makanan, kami mencari tempat duduk yang enak.

“Di Solo tuh  banyak warung bakso yang enak. Dari yang warung kaki lima, sampai yang tempatnya bagus kayak gini, semuanya enak-enak. Beda kalau di tempat Neo di Pontianak sana, gak banyak warung bakso, itupun gak semuanya enak.. Makanya Neo betah tinggal di Solo. Mau tiap hari makan bakso juga Neo gak bakalan bosan.”

“Hahaha… yaudah, nyari istri orang Solo trus tinggal disini biar bisa makan bakso terus.”

Gambar diambil dari: niagarabuku

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger