Senin, 20 Februari 2012

Painful Therapy


Selesai makan bakso, kami kembali ke Gramed untuk mengambil motor kami. Di parkiran Gramed.

“Mas habis ini mau kemana?”

“Hmm…. Yaudah, kita jalan-jalan ke SGM aja yak.”

“OK…”

Kami pun  menuju ke mall yang ada di tengah kota Solo tersebut, yang letaknya tidak terlalu jauh dari Gramed. Seperti biasa, setiap hari minggu mall selalu rame, apalagi saat ini akhir tahun.  Banyak orang yang latah untuk belanja berbagai macam barang diskonan.


"Mas, kita ke toilet bentar yak. Udah kebelet dari tadi."

"Hahaha..."

Sambil menunggu Neo, saya iseng-iseng ngeliat tenant yang ada di dekat toilet. Rupaya tempat terapi kesehatan. Tengah asyik membaca pamflet yang ditempel,

"Silahkan bapak dicoba dulu, terapi kesehatan kami."

Kata seorang SPB sambil memberikan selebaran.

"Apaan tuh mas?" Tanya Neo yang sudah keluar dari toilet.

"Terapi kesehatan. kamu mau nyobain?"

"Boleh lah."

Kami dibawa masuk menemui seorang resepsionis cantik nan centil. Setelah mengisi formulir dan diberi kartu. Kami dibawa ke ruang terapi. Disana sudah ada beberapa pasien dan semuanya diatas 40an. 

Kami diminta untuk duduk di kursi yang dialiri arus listrik (ion?). Sementara di depan kami 2 orang marketing memberikan penjelasan mengenai produk mereka, mendadak.

"Aduh..." Aku dan Neo berteriak, karena tanpa sengaja siku kami bersinggungan dan terasa seperti kesetrum.

"Koq nyetrum mbak?" Tanya Neo kepada mbak-mbak di depan.

"Oh iya, HP, dompet, kunci tolong dikeluarkan dari kantong dan ditaruh di kotak di depan mas nya. Trus kakinya jangan menapak lantai, tapi ke karpet karet."

Kami lakukan  apa yang si mbak bilang, namun ternyata ketika tanpa sengaja siku kami saling bersinggungan lagi. Kena setrum lagi kami. 

"Mbak koq masih nyetrum?"

"Masak sih mas?"

"Saya gak nyetrum lho? Nih..." Kata peserta lain sambil menyenggol tangan orang yang duduk disebelahnya.

Koq bisa ya? Kenapa hanya kami berdua saja? Timbul keisengan ku.

"Eh Neo, pegang lagi yak?"

"Nggak mau, sakit mas..." Kata Neo sambil menjauhkan tangannya.

Aku hanya bisa ketawa melihat tampangnya yang terlihat ngeri. Selama 20 menit kami harus duduk mengikuti terapi kursi listrik. Begitu selesai kami keluar.

"Koq rasanya pusing ya?"

"Kenapa mas?"

"Gak tau nih, habis di terapi koq jadi pusing, trus pegel semua."

"Masak sih, Neo nggak tuh. barangkali mas kecapean kali. Kita tadi jalan jauh lho mas."

"Tapi kayaknya enggak deh, orang sebelum terapi aja aku gak apa-apa. Yaudah lah, kita pulang yuk."

Malamnya aku jadi masuk angin. Tidak tahu apa karena kecapean muter-muter atau karena  terapinya yang tidak cocok denganku. Aku sms Neo.

"Badanku jadi capek semua nih gara-gara terapi tadi, kayaknya aku masuk angin."

"Dipake untuk istirahat mas. Jangan lupa minum obat."

"Thanks Neo." 

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger