Sabtu, 18 Februari 2012

After The Kiss


Setelah selesai mengkopi file film, kami keluar dari warnet, dan ketika sampai di parkiran.

“Mas mau langsung pulang?”

Hari belum terlalu larut, sekitar pukul 21.00 WIB. And somehow I fell that Neo masih belum pengen mengakhiri pertemuan kami. Aku lihat ke mata Neo,

“Hmm… Emang Neo mau kemana?”

“Kalau kita wedangan lagi mau nggak?”

“Boleh sih… Tapi jangan ditempat yang tadi ya?”

“Neo tau satu tempat. Kita ke wedangan yang dekat pasar Kembang itu yak”


“OK… tapi aku gak tau tempatnya, blom pernah kesana.”

Kali ini Neo yang di depan sebagai penunjuk jalan. Sampai disana, ternyata rame juga, untungnya masih ada tempat buat lesehan. Setelah mengambil makanan dan menyerahkan kepada pejual untuk di bakar, kami mencari tempat yang nyaman untuk duduk.

Seolah tak ada terjadi sesuatu sebelumnya kami ngobrol dengan santai. Pun ketika makanan kami diantar, kamipun makan sambil ngobrol dengan santai. Selesai ngobrol, kantukpun menyerang. Sambil terkantuk-kantuk karena kekenyangan (aku yang terkantuk-kantuk gak tau klo si Neo) kami terus ngobrol.

“Neo… Aku mau tanya sesuatu.”

“Mau tanya apa mas, koq resmi amat, hehehe….”

“Waktu kamu mencium aku tadi… Kenapa kamu mencium aku? Apa alasannya?”

Aku tatap wajah Neo, kulihat matanya tanpa berkedip. Neo tampak gugup dan salah tingkah.

“Apa ya….” Sambil garuk2 kepala

“Hehehe… gak tau ngejelasinnya gimana mas.”

Terlihat rona merah diwajah Neo. Aku jadi senyum-senyum sendiri, antara kasihan dan curious dengan jawaban dia.

“Aku berhak tahu dong, aku orang yang tadi kamu cium.”

Well… rupanya cukup ampuh untuk “memaksa” Neo berbicara. Setelah berpikir agak lama dan mengambil napas panjang.

“Karena…. Mas menarik dan Neo pengen mencium mas.”

“Sesederhana itu? Itu saja?”

“Ya… Apa perlu alasan yang lain lagi?”

“OK….” Diam sebentar 

“Kamu tidak mempertimbangkan reaksiku nantinya?”

“Itu kan… dipikir nanti mas, hehehe...”

“OK…. Trus… Kamu gak takut ketahuan?”

“Yah… itu kan risiko mas, paling juga digelandang keluar.” :D

Gubraks… Heran deh dengan pemikiran nih anak. Gemes juga liat tampang dia yang lugu, nakal nggemesin.

“Mas sendiri, kenapa gak marah waktu Neo cium?”

Waks… Pertanyaan macam mana pula ini? Kulihat Neo bertanya sambil tersenyum nakal.

“Hmm….” Mikir sejenak

“Because you’re a good kisser.” Sambil tersenyum aku pandang wajah Neo.

“Makasih mas.” Neo menjawab sambil tersenyum malu.

“Terima kasih juga Neo, karena telah menganggap aku menarik.”

Percik itu sudah mulai muncul, tapi sampai saat ini aku masih belum sepenuhnya menyadari perasaanku.

Gambar diambil dari dansnahr

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger