Selasa, 11 September 2012

Cerita Ketiga Bag II (Summer)


"Fin... Kamu mau nggak jadi pacarku?" Katamu padaku, di suatu siang sepulang sekolah. Aku ingat waktu itu kita lagi menikmati es kelapa muda di pojok alun-alun kota kami.

"Eh? Maksudnya apa El?" Jawabku dengan terkejut, hampir saja aku tersedak es kelapa muda yang aku minum.

"Ya... Pacaran... Aku tahu koq klo kamu suka sama aku, aku sering lihat kamu memperhatikan aku sejak kita kelas 1 dulu."

Aku memang suka sama El, aku jatuh hati padanya sejak saat pertama kami bertemu, namun aku tidak punya keberanian untuk menyatakannya.

Sejak saat itulah kami jadian, tidak banyak yang berubah diantara kami, karena sejak dulu kami sering pulang bareng, gantian main ke rumah dan terkadang menginap pas malam minggu atau hari libur. Bedanya sekarang kalau tidur si El suka meluk dan rasanya nyaman sekali di peluk El.

Selepas SMA El melanjutkan kuliah di kota Y, yang tak tak jauh dari kota kami, sementara aku karena keterbatasan dana, melamar sebagai pegawai honorer di kabupaten. Di malam sebelum keberangkatan El ke kota Y, aku tidur di tempat El, dan saat itulah pertama kalinya kami berciuman, ciuman yang tidak akan pernah aku lupakan, bahkan sampai saat ini. Malam itu kami tidur bersama, dan aku merasa pelukan El lebih erat dari biasa seakan tak ingin melepaskan aku.


Walaupun kami berbeda kota, namun hubungan kami tetap berjalan, terkadang aku yang ke kost El, terkadang El yang pulang kampung. Saat itulah kami mulai mengenal satu sama lain lebih dalam, mengeksplorasi pasangan masing-masing, menjelajahi dari ujung kepala sampai dengan ujung kaki melalui rabaan dan ciuman serta kami belajar untuk bercinta.

Sebuah proses yang kami jalani bersama, El sering kali memberiku kejutan setiap kali kami bertemu, entah dari mana bagaimana El mendapatkan "ilmu" tersebut, tapi aku menyukai dan menikmatinya.

Hubungan kami terus berjalan dengan harmonis (well... at least that what I thought) namun dengan berjalannya waktu, karena kesibukan kami masing-masing, intensitas ketemuan kami menjadi semakin jarang, yang dulunya 1-2x seminggu menjadi 2x seminggu bahkan 1x sebulan.

Tak terasa 4 tahun sudah kami bersama sejak pertama kali El memintaku menjadi pacarnya. Tiga tahun sudah aku bekerja sebagai pegawai honorer di PemKab, dan hari ini aku diberi tahu bahwa SK pengangkatanku sebagai PNS akan segera turun dalam waktu dekat. Sebuah kabar yang membahagiakan dan aku ingin membaginya dengan El.

Sepulang kerja aku berangkat ke kota Y dengan naik motor, sengaja aku tidak memberitahu El karena aku ingin memberi kejutan kepadanya. Sampai di kost El, menjelang maghrib, kostnya sepi,  aku lihat motor El ada di parkiran, aku naik ke lantai dua tempat kamar El berada, aku lihat pintu kostnya tertutup rapat. Aku pikir, "Ah... Mungkin El lagi tidur."

Aku intip melalui jendela, dan aku lihat sebuah pemadangan yang tidak aku duga sama sekali, di atas tempat tidur aku lihat El tengah bersama dengan lelaki lain, tengah melakukan apa yang selama ini kami lakukan bersama. Aku terhenyak, tak bisa berkata-kata. Aku turun menuju parkiran dan duduk disana, hanya duduk dan tidak melakukan apa-apa.

Aku duduk dan menunggu, tapi aku tak tahu apa yang aku tunggu. Entah berapa lama aku menunggu, seorang lelaki turun dari lantai dua, sudah menggenakan helm, dan hanya mengangguk dan tersenyum kepadaku kemudian melaju dengan motornya.

Tak berapa lama, El pun turun hanya mengenakan celana pendek, dia tampak terkejut sewaktu melihat aku di parkiran.

"Eh Fin... Udah lama? Naik yuk?"

Dengan wajah tak karuan dan langkah perlahan aku ikuti El masuk ke kamar, kami pun duduk dan kemudian aku berkata.

"Aku melihat apa yang kamu lakukan dengan lelaki tadi."

El menarik napas panjang dan kemudian berkata,

"Maafkan aku Fin... Aku akan jujur kepadamu, ini bukan yang pertama bagiku, dan dia bukan satu-satunya lelaki yang pernah bersamaku."

Aku hanya memandangnya, hampa... Tak ada kata-kata yang terucap


"Tiga bulan setelah aku disini, aku bertemu dengan seseorang, dialah mengajari aku banyak hal, hal-hal yang sebelumnya aku tidak tahu dan aku menikmatinya, terlalu menikmatinya malah. Dan sejak itulah aku berpetualang, terkadang demi kesenangan semata, terkadang karena uang."

"Uang?" Tanyaku penuh tanda tanya.

"Iya... Aku jual diri Fin. Bukan karena aku kekurangan uang. Orang tuaku lebih dari mampu untuk membiayai kuliah dan kebutuhanku sehari-hari, namun aku... Ah... Entahlah Fin..."

"Bagaimana dengan kita El? Selama ini? Kebersamaan kita?"

"Jangan salah Fin, aku mencintaimu... aku menyayangimu dan aku selalu menikmati kebersamaan bersamamu, tak bisa diungkapkan dengan kata-kata dan tak bisa dibandingkan dengan yang lainnya."

"Tapi?"

"Tapi.... Denganmu saja aku tidak merasa cukup Fin... Aku.... Ah... Aku... Aku minta maaf Fin." Kata El sambil menutup wajahnya dengan kedua tangannya.

Sekali lagi aku membisu.. Entah berapa lama, dan kemudian aku bertanya

"Apakah kau masih mencintaiku El?" 

"Aku masih dan tetap mencintaimu Fin."

"Kalau begitu... Akankah kita mulai semuanya dari awal lagi?"

"Tidak Fin, kau terlalu baik dan aku terlalu jahat kepadamu, kita tak mungkin bisa bersama lagi."

"Kau tak mau bersamaku lagi?"

"Bukan begitu Fin... Aku hanya tidak bisa berjanji akan berubah, dan itu akan lebih menyakitkan bagimu."

"Aku minta maaf..."

Kata-kata terakhir yang aku dengar darimu, samar-samar. Malam itu juga aku pulang, dengan perasaan hampa dan pikiran kosong. Semalaman aku tidak bisa tidur memandang kosong langit-langit kamar sambil memeluk guling kesukaan kamu...

Summer when the day is over, there's a heart a little colder; someone said goodbye, but you don't know why...
(Someone Said Goodbye - Enya)



0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger