Jumat, 25 Mei 2012

Lost In Jogja (Part 2)

Awalnya sempat nggak percaya waktu si adek bilang kalau dia belum pernah ke Jogja. I mean, rasanya sulit dipercaya kalau belum pernah sekalipun seumur hidup pergi ke Jogja, apalagi kan cuman tinggal di Solo. Tapi ternyata ya, kenyataannya seperti itu adanya.

Seperti anak kecil yang mendapatkan mainan baru, si adek kelihatan excited begitu kami tiba di stasiun Tugu. 

Menyeberangi perempatan di stasiun tugu, kami memasuki jalan Malioboro sambil bergandengan tangan. Seperti udik yang takut ketabrak. Dan tanpa kami sadari sepanjang jalan Maliboro kami saling bergandeng tangan. Kebetulan Malioboro penuh sesak dengan orang yang tengah berliburan, jadi saya rasa tak banyak yang memperhatikan kami berdua.

Hampir semua toko kami masuki satu per satu, terutama toko-toko yang menjual souvenir. Dari mulai t shirt, batik, sampai dengan pernak-pernik lainnya. Dan jujur saja, banyak juga toko yang belum pernah saya masuki sebelumnya.

Tengah asyik melihat-lihat, tiba-tiba si adek bilang,

"Abang, kepala adek pusing."

"Kenapa adek?"

"Nggak tau, mungkin karena kepanasan."

Memang cuaca Jogja saat itu tengah panas sekali, untungnya saya inget di dekat situ ada apotek. Maka kami pun menuju kesana untuk membeli obat sakit kepala dan si adek meminumnya di tempat dengan air mineral yang kami bawa. Kemudian kami pun keluar apotek.

"Hmm.... Udah jam segini rupanya, kita makan dulu ya dek?"

"Makan dimana abang?"

"Kita jalan aja yuk, nyari warung makan."

Kami kemudian meneruskan perjalanan, kali ini tanpa keluar masuk toko lagi, tapi tengok kanan kiri mencari warung makan.

"Oh iya abang, emang sekarang jam berapa?"

Saya lihat jam di hape.

"Sudah hampir jam 12 sayang."

"Pantas tadi adek pusing... Sudah waktunya makan rupanya."

"Hahahaha...."

Kami menemukan sebuah warung kecil di gang sebelah barat Malioboro (lupa nama gangnya) yang cukup bersih dan ramai dengan para pegawai toko yang tengah istirahat makan siang. Rupanya warung makan yang menyediakan berbagai macam sayuran. 

Mata saya tertumbuk pada sayur tumis pare dan tumis daun pepaya. Berhubung sayurnya ambil sendiri maka saya mengambil cukup banyak. Ternyata si adek juga tertarik dengan kedua sayur tersebut. Diluar perkiraan saya, tumis parenya enak sekali, pahitnya masih tetap terasa namun berbeda dengan tumis pare yang biasa saya temui sebelum-sebelumnya. Dan sebagai lauk makan kami memesan ayam goreng, yang ternyata di goreng dulu sampai kering. Jadi lebih nikmat dinikmatinya hangat-hangat apalagi masih ditambah dengan lalapan dan sambal yang cukup pedas, yang sayangnya saya tidak berani makan karena belum boleh makan yang pedas-pedas (padahal tumis pare dan daun pepaya nya sendiri juga pedas, hehehe...)

Selesai makan, saatnya untuk membayar, tak lupa saya sampaikan pujian atas tumis parenya, si ibu kelihatan senang, bahkan sempat ngasih tips cara masak pare agar tidak pahit. 2 porsi nasi sayur + lauk ayam + lalap + 2 es jeruk cukup 27 ribu. Sempat kaget juga:

"Koq murah?" Tapi cuman dibatin dalam hati sik :p

Selesai makan kami melanjutkan perjalanan, kembali keluar masuk toko, sempat masuk ke kamar ganti, untuk mencoba pakaian dan well.... do something there :D

Anyway... Jalan Malioboro sebenarnya tidak terlalu panjang yah? Namun ternyata menyusuri jalan tersebut berdua dengan si adek dari perempatan stasiun Tugu - benteng Vredenburg membutuhkan waktu hampir setengah harian. Jam 3 lebih sampai di Vredenburg. Sempat foto-foto2 disana. Sayangnya waktu saya ajak masuk si adek tidak mau, alasannya karena membayar.

Duduk-duduk di seputaran benteng, menikmati lalu lalang dan ramainya orang-orang Jogja yang tengah beraktifitas, menikmati gorengan (yang sayangnya tidak enak) sambil mengistirahatkan kaki. 

Setelah selesai kami pun kembali ke stasiun, kali ini menyusuri Malioboro di sebelah timur, di depan sebuah hotel kami melihat seorang pengamen yang tengah memainkan angklung. Seingat saya itu adalah pengamen yang sama seperti yang saya lihat kurang lebih 10 tahun yang lalu waktu pertama kali saya ke sana. Orang yang sama dan tempat yang sama pula.

Sampai di stasiun Tugu kurang lebih pukul 5 sore kurang, langsung membeli karcis kereta agar bisa beristirahat di peron dalam stasiun sambil menunggu kereta. Belum lama kami menunggu, sekitar pukul 5 lebih sedikit kereta Prameks menuju Solo sudah datang, langsung saja kami masuk kedalam kereta, untungnya kami berdua mendapat tempat duduk yang strategis, berhadapan tepat di samping jendela kereta.

Sayangnya kami masih harus menunggu cukup lama karena kereta berangkatnya masih lama, terasa cukup menyiksa karena badan kami sudah lengket dengan keringat ditambah kipas angin kereta tidak terlalu terasa di tempat kami duduk. Sekitar pukul 5.30 lebih kereta berangkat menuju Solo.

Capek, kelelahan, namun senang dan bahagia karena menghabiskan waktu seharian bersenang-senang dengan si adek.

0 comments:

Posting Komentar

 
Copyright © . Cerita Fin - Posts · Comments
Theme Template by BTDesigner · Powered by Blogger