Jadi ceritanya beberapa waktu lalu dapat kenalan di suatu negara antah berantah *halah*, seperti biasa ngobrol sejenak kemudian dia minta nomor WA, dan kemudian obrolan pun pindah ke WA.
Sama-sama anak Solo, kalau ngeliat profile pict nya sih lumayan cakep juga (unfortunately he's too skiny, definately not my type).
Setelah basa-basi sejenak, kemudian dia bilang
"Ntar malam main ke kost ku dong mas."
Wedew... That's escalate quickly :))
Permintaannya belum aku tanggapi karena sibuk dengan kerjaan, obrolan kami pun terputus untuk beberapa saat.
Malam harinya kami ngobrol kembali, dan sekali lagi dia mengulangi permintaannya untuk main ke kost dia (untuk "menemani" dia).
Bukannya sok suci, and the bla and the bla, it's just me of being me (ditambah lagi mood males yang tengah melanda dengan hebatnya), dengan halus aku menolak permintaannya dan memilih untuk meringkuk di bawah selimut sambil menikmati secangkir kopi dan menonton TV (walaupun jam baru menunjukkan pukul 8 malam).
Dengan halus (sehalus tepung beras yang telah di ayak), aku bilang
"Aku temenin ngobrol lewat WA ya, capek banget soalnya banyak kerjaan tadi di kantor."
Well... Emang sih banyak kerjaan di kantor siangnya, jadi nggak terlalu bohong-bohong amat yah? :p
Obrolan pun berlanjut dari mulai basa-basi (yang garing), sampai ke obrolan tentang sex role, and the bla and the bla and the bla.
Sampai kemudian aku membaca status WA dia
"Sendiri itu menyiksa."
Aish.. galau nian statusnya :))
"Udah berapa lama menjomblo?"
Pertanyaan tersebut membuka banyak hal. Singkat cerita dia ditinggalin mantannya yang balik lagi ke mantannya si mantan (nah lho), he just leave (tanpa sebab, tanpa pamit, dan tanpa ada apa-apa - menurut cerita dia). Dan beberapa waktu lalu dia melihat mantannya jalan bareng mantannya si mantan. Intinya dia patah hati dan sakit hati.
Daaaan... Naluri emak-emak gue keluar. Setelah dia kelar bercerita yang puanjaaang dan lebar itu pun,
Prof. Dr. Findarato Elensar, M.Psi, MBA, MCK pun bersabda
"Saat ini kamu berada dalam fase jeda, atau di sebut juga masa iddah (yakali masa iddah). Tenangkan perasaan dan hati kamu, ambil waktu sebanyak yang kamu butuhkan, jangan tergesa-gesa untuk mencari pengganti. Karena itu hanya sebagai pengganjal, dan biasanya juga tidak akan bertahan lama dan tidak akan baik buat si pengganjal ini ataupun kamu sendiri."
"Tapi aku pengen ada seseorang untuk berbagi mas." katanya
"Berbagi bisa sama siapa saja, tidak harus pacar, bisa dengan yang lainnya."
"Tapi aku pengen punya seseorang yang aku sayangi dan menyayangi aku."
"Well... Yang namanya rasa sayang itu macam-macam, antar teman, sahabat bisa timbul rasa sayang, hubungan kakak adek, TTM juga bisa timbul rasa sayang, tergantung kita yang menjalani aja sik."
*Nggak perlu dijelaskan juga klo temenan, sahabatan, kakak-adekan ada plus-plusnya tho? Kembali lagi itu tergantung yang menjalani - If you know what I mean by plus-plus*
Anyway, kata orang pintar manusia adalah mahkluk sosial, setiap orang tidak bisa hidup sendirian, pasti membutuhkan orang lain dan salah satunya adalah untuk ngobrol dan berbagi kasih sayang. Dan, itu bisa siapa saja. Sering aku temui seseorang lebih merasa nyaman, enak kalau ngobrol, curhat dengan teman dibandingkan dengan pasangannya.
Jadi keinget sama kenalan lama yang lebih memilih untuk bebas daripada berpacaran karena merasa nggak mau ribet - at least that what he said at that time (bisa jadi sekarang udah berubah pikiran).
Doooh... (sok) Wise bener gue pagi ini, wkwkwkwk